Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Joko mengatakan munculnya stigma negatif terhadap buruh yang menjadi pasien positif COVID-19 ini seharusnya tidak perlu terjadi. “Mereka (para buruh) yang terkena dampak virus ini bukan orang jahat, sangat tidak manusiawi kalau mereka dianggap jahat,” kata Joko.
Menurutnya, buruh yang positif COVID-19 justru sedang membutuhkan uluran tangan karena mereka tengah dirugikan oleh situasi.
“Mereka sudah stres dengan kondisinya, jangan ditambahi lagi dari tekanan masyarakat. Sebaiknya kita memotivasi mereka untuk sembuh, jika ada yang kesulitan ekonomi mari kita bantu bersama,” ujarnya.
Joko mengatakan perilaku masyarakat yang mengucilkan dan menjauhi pasien positif COVID-19 mungkin terjadi akibat ketakutan yang berlebihan.
Baca Juga: Mencermati data inflasi dan PDB kuartalan Indonesia
“Takut itu wajar, tetapi jangan berlebihan dan menebar kepanikan apalagi hoaks. Termasuk halnya dengan produk-produk yang diproduksi di pabrik, masyarakat tidak perlu takut terkontaminasi karena virus tidak hidup bertahan lama pada benda mati,” katanya.
Terkait produk menurut Joko, harus dilihat apakah produknya itu jaringan hidup atau tidak. Apalagi ada rentang waktu antara produksi dan distribusi.
"Untuk rokok, dari proses produksi sampai keluar dari pabrik dan sampai ke konsumen itu waktu lumayan lama, bisa setengah bulan. Jadi, produknya aman,” ujarnya.