kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,14   10,84   1.19%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelaku industri garmen meramu strategi untuk menggarap momentum lebaran tahun ini


Selasa, 23 Maret 2021 / 17:47 WIB
Pelaku industri garmen meramu strategi untuk menggarap momentum lebaran tahun ini
ILUSTRASI. tekstil. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Momentum Idul Fitri tahun ini belum terlalu kuat untuk meningkatkan industri garmen Tanah Air. Sejauh ini, pelaku industri masih dibayangi ketidakpastian kebijakan pembatasan sosial, impor garmen, dan daya beli masyarakat.  Namun, sejumlah produsen telah meramu strategi untuk tetap bisa mencuil peluang yang ada. 

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil berharap lebaran tahun ini bisa lebih baik dari tahun kemarin. Hal ini sudah mulai terlihat dari kinerja utilisasi industri menengah (midstream) tekstil di level 70%. 

"Namun, industri masih menghadapi sejumlah kendala, di antaranya kenaikan harga bahan baku yang membuat kondisi TPT di awal tahun relatif menurun dan safeguard untuk garmen yang PMK-nya belum keluar," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (23/3). 

Menurut Rizal, Indonesia mempunyai pangsa pasar yang besar dan selama ini impor garmen di sektor middle low sangat tinggi. Belum lagi pakaian bekas yang masuk melalui pelabuhan kecil dinilai menggerus segmen IKM industri menengah di pasar lokal.

Baca Juga: Eratex Djaja (ERTX) incar pertumbuhan penjualan 10% di tahun ini

Melansir dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikelola API, volume impor garmen di Januari 2021 tumbuh 3,8% menjadi 7,97 juta kilogram dari yang sebelumnya 7,68 juta kilogram di Desember 2020. Adapun tren importasi garmen sejak Oktober 2020 hingga Januari 2021 terus mengalami kenaikan. 

Melihat kondisi terkini, Rizal memaparkan kebutuhan baju untuk lebaran nanti, belum menunjukkan pergerakan signifikan. Menurutnya, hal ini juga dipengaruhi dari daya beli masyarakat. "Barangkali pemerintah bisa kembali memberikan bantuan lagi ke masyarakat," kata Rizal. 

Kekhawatiran ini juga turut dirasakan sejumlah produsen baju. Kendati begitu, produsen tentu sudah menyiapkan strategi untuk menghadapinya. 

CEO PT Mega Perintis Tbk (ZONE), FX Afat Adinata mengatakan lebaran tahun ini masih ada ketidakpastian apakah PSBB/PPKM masih berlanjut sampai lebaran. Mengingat vaksinasi masih belum optimal sehingga diperkirakan kondisi lebaran tahun ini juga masih sekitar 60%-70% dari kondisi lebaran sebelum pandemi Covid-19. 

"Pandemi Covid-19 yang paling signifikan terasa dampaknya karena mempengaruhi daya beli dan pembatasan mobilitas," jelasnya kepada Kontan.co.id, kemarin (22/3). 

Kendati begitu, ZONE melihat masih ada peluang bisnis di lebaran tahun ini. Maka dari itu, produsen garmen yang menjual baju merek Manzone ini telah mempersiapkan koleksi-koleksi lebaran di semua toko sejak saat ini. Afat bilang strategi ini dilakukan agar bisa mendapatkan penjualan lebih awal. 

Tak hanya itu, Afat bilang, ZONE akan memberikan banyak promosi menarik seperti harga khusus. 

Mengenai utilisasi pabrik, Afat mengakui level utilisasi pabrik garmen ZONE sudah normal sejak awal tahun ini. "Utilisasi garmen sudah 100% karena hanya memenuhi  50% untuk memenuhi kebutuhan ritel ZONE dan sisanya 50% untuk outsourcing," kata Afat. 

Produsen garmen lainnya, PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) juga merasakan tantangan pada lebaran tahun ini, khususnya karena adanya pembatasan sosial. 

Direktur BELL, R Nurwulan Kusumawati memaparkan meski ada tantangan seperti pembatasan sosial, BELL memproyeksikan tahun ini akan lebih baik karena toko ritel sudah mulai beroperasi. Seiring dengan pulihnya kondisi akibat pandemi. 

"Diharapkan akan semakin banyak orang berbelanja, terlebih lagi karena adanya momentum hari raya Idul Fitri. BELL optimistis momentum lebaran dapat memberikan kontribusi kinerja yang positif bagi perusahaan," jelasnya saat dihubungi terpisah pada Selasa (23/3). 

Nurwulan menjelaskan BELL memanfaatkan peluang ini dengan gencar memasarkan produk baik secara offline atau melalui segmen ritel dan online melalui media sosial serta marketplace

Sedangkan, Sekretaris Perusahaan PT Pan Brothers Tbk (PBRX), Iswardeni menjelaskan penjualan Pan Brothers dominan atau 95% untuk ekspor ke merek (brands) luar negeri. Maka dari itu meskipun industri garmen lokal menghadapi tantangan, dampaknya tidak terlalu dirasakan Pan Brothers. 

"Pasar lokal juga menjanjikan. PBRX memiliki brand sendiri dengan konsentrasi di retail dan langsung ke konsumen. Di samping offline untuk retail kami juga masuk di online. Jadi peluang banyak dari sumber lain di lokal," kata Iswardeni. 

Iswardeni mengakui momentum Idul Fitri merupakan peluang tahunan yang memilik peluang menarik. Adapun saat ini baju yang diproduksi Pan Brothers untuk sejumlah merek dipasarkan melalui pusat perbelanjaan dan online lewat E-commerce. 

Selanjutnya: Dampak wabah virus corona, pelaku industri tekstil minta stimulus dari pemerintah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×