Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bocoran peraturan presiden (Perpres) yang mengatur Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) serta rencana pemberian insentifnya ditanggapi positif pelaku industri otomotif. Para Agen Pemegang Merek (APM) mengaku sudah siap dengan memiliki beberapa line up mobil listrik sejak lama.
Soal ideal insentif bagi APM, menurut General Manager Marketing PT Sokonindo Automobile Permata Islam, pihaknya menyerahkan sepenuhnya pada pemerintah. "Pemerintah tentu sudah lakukan studi serta ada perangkatnya, jadi kami hanya bisa mendukung saja," sebutnya ditemui di GIIAS, Selasa (23/7).
Sebelumnya di bocoran perpres tersebut beberapa aspek yang bisa mendapatkan insentif salah satunya terkait pembangunan stasiun pengisian bahan bakar listrik. Menurut Permata, DFSK berkomitmen sebagai produsen otomotif sehingga fokusnya pada pengembangan produk kendaraan.
Baca Juga: Luhut Panjaitan sebut Perpres mobil listrik telah siap ditandatangani Jokowi
"Soal kemudahan mengisi bahan bakar kami sudah lengkapi mobil listrik kami dengan dual charging port," katanya. Terkait adakah opsi bakal membangun pabrik baterai mobil listrik di Indonesia, manajemen belum dapat menjabarkan rencana lebih detail.
Yang jelas, meski nantinya ada kemungkinan para APM dipermudah mengimpor beberapa komponen KBL, DFSK mengaku tak menolak jika ada supplier baterai dari lokal. "Kalau lokal supplier kami memenuhi standar dan requirement, kenapa tidak?," Sebut Permata.
Untuk pilihan jenis kendaraan listrik, DFSK sudah lama menembak jenis full electric vehicle (EV) dengan model Glory E3 milik perseroan. Pertimbangannya ialah jenis mobil ini memiliki satu jenis mesin dan dipandang lebih mudah dirawat.
Soal investasi, Permata mengatakan pasti bakal ada investasi lagi ke depannya yang dilakukan DFSK apalagi setelah mobil listrik punya regulasi di pasaran. Namun bentuk investasi pabrikan dalam waktu dekat belum dapat disampaikan.
Baca Juga: Perpres Kendaraan Bermotor Listrik bakal terbit, Toyota tambah mobil hybird
Saat ini DFSK telah memiliki pabrik dengan kapasitas terpasang 50.000 unit per tahun. Investasi yang memakan dana hingga US$ 150 juta itu utilitasnya masih belum 100%.
Sementara itu APM seperti Nissan mengaku mengapresiasi regulasi kendaraan listrik yang segera final. Hana Maharani, Head Of Communication Nissan Motor Indonesia mengatakan bahwa pihak Nissan sudah siap dengan produk Leaf-nya.
Soal seberapa efektif regulasi tersebut kepada penjualan mobil listrik di masa depan, Hana bilang bahwa backbone industri mobil di Indonesia masih digenggam mobil berbahan bakar minyak.
"Kami sudah sempat mention bahwa Nissan Leaf sebagai kendaraan listrik bukan backbone bisnis dari segi volume, sebab menuju kendaraan listrik ini kan masih melewati fase awal," terangnya ditemui di GIIAS.
Baca Juga: Beleid kendaraan listrik segera terbit? Apa saja insentifnya
Oleh karena itu bicara soal rencana produksi lokal, Nissan belum dapat berkomentar banyak. Perseroan perlu mempelajari market mobil listrik setelah peraturan disahkan, serta mengedukasi dan mensosialisasikan kendaraan listriknya di tengah-tengah konsumen Indonesia sebagai bentuk brand awareness.
Dihubungi terpisah, Johannes Nangoi, Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengaku enggan berspekulasi tentang bocoran perpres tersebut. "Saya tidak berani duluin (regulasi mobil listrik), jadi tidak tahu apa-apa. Memang saat ini lagi proses," sebutnya kepada Kontan.co.id.
Lantaran regulasi belum sah sepenuhnya, Gaikindo enggan berkomentar lebih panjang. Yang pasti asosiasi mobil ini optimistis pelaku industri otomotif di Indonesia sudah siap berbisnis jika aturan baku telah keluar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News