kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pelaku Usaha Menanti Pemanfaatan Amonia Hijau di Industri Manufaktur


Kamis, 23 November 2023 / 21:15 WIB
Pelaku Usaha Menanti Pemanfaatan Amonia Hijau di Industri Manufaktur
ILUSTRASI. Pemanfaatan amonia hijau bisa memberikan nilai tambah pada produk manufaktur dalam negeri. REUTERS/David Gray/File Photo


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID-SORONG. Pelaku usaha pengguna gas bumi melihat pemanfaatan amonia hijau bisa memberikan nilai tambah pada produk manufaktur dalam negeri. Selain menghilangkan jejak karbon, pemanfaatan energi baru ini juga bisa menjaga ketahanan energi. 

Ketua Umum Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB), Yustinus Harsono Gunawan menjelaskan, amonia hijau sangat memungkinkan digunakan industri manufaktur yang sangat bergantung pada gas alam sebagai sumber energi. 

“Amonia bisa menjadi bahan bakar pengganti batubara (co-firing) di PLTU untuk menghasilkan listrik. Sehingga PLN bisa saja berhenti menggunakan gas bumi lantas volume gas juga bisa dialihkan ke industri manufaktur,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (23/11). 

Baca Juga: Pemerintah Dorong Amonia Hijau Jadi Sumber Energi Baru

Dengan pasokan sumber energi yang melimpah ini, industri manufaktur akan ekspansif dan dapat menarik investasi. 

Menurut Yustinus, mahal tidaknya harga amonia hijau nanti, tergantung pada nilai tambah yang dirasakan pelaku usaha. Beberapa kelebihan yang bisa jadi pertimbangan ialah nilai hijau dari tidak adanya jejak karbon sehingga harga jual produk lebih kompetitif, otomatis peluang bisnis bisa lebih besar. 

“Selain itu, pemanfaatan amonia hijau akan memperkuat ketahanan energi, ini sangat strategis mengingat pengalaman selama disrupsi sewaktu pandemi dan geopolitik banyak ketidakpastian pasokan dan harga yang fluktuatif,” tandasnya. 

Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi menilai amonia hijau dimungkinkan menjadi energi masa depan rendah karbon dan mendukung target net zero emission (NZE). 

Baca Juga: Undang-Undang Energi Baru Energi Terbarukan (EBET) Akan Rampung Kuartal I 2024

“Namun demikian amonia butuh dukungan finansial yang memadai, kecukupan regulasi, dan kepastian pasar,” ujarnya dalam Rapat Kerja (Raker) Kementerian ESDM bersama Komisi VII DPR RI tentang Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBET), Senin (20/11). 

Walau begitu, dia menegaskan Kemenperin tetap mendukung realisasi amonia hijau secara baik di Indonesia.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×