Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID-SORONG. Pelaku usaha pengguna gas bumi melihat pemanfaatan amonia hijau bisa memberikan nilai tambah pada produk manufaktur dalam negeri. Selain menghilangkan jejak karbon, pemanfaatan energi baru ini juga bisa menjaga ketahanan energi.
Ketua Umum Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB), Yustinus Harsono Gunawan menjelaskan, amonia hijau sangat memungkinkan digunakan industri manufaktur yang sangat bergantung pada gas alam sebagai sumber energi.
“Amonia bisa menjadi bahan bakar pengganti batubara (co-firing) di PLTU untuk menghasilkan listrik. Sehingga PLN bisa saja berhenti menggunakan gas bumi lantas volume gas juga bisa dialihkan ke industri manufaktur,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (23/11).
Baca Juga: Pemerintah Dorong Amonia Hijau Jadi Sumber Energi Baru
Dengan pasokan sumber energi yang melimpah ini, industri manufaktur akan ekspansif dan dapat menarik investasi.
Menurut Yustinus, mahal tidaknya harga amonia hijau nanti, tergantung pada nilai tambah yang dirasakan pelaku usaha. Beberapa kelebihan yang bisa jadi pertimbangan ialah nilai hijau dari tidak adanya jejak karbon sehingga harga jual produk lebih kompetitif, otomatis peluang bisnis bisa lebih besar.
“Selain itu, pemanfaatan amonia hijau akan memperkuat ketahanan energi, ini sangat strategis mengingat pengalaman selama disrupsi sewaktu pandemi dan geopolitik banyak ketidakpastian pasokan dan harga yang fluktuatif,” tandasnya.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi menilai amonia hijau dimungkinkan menjadi energi masa depan rendah karbon dan mendukung target net zero emission (NZE).
Baca Juga: Undang-Undang Energi Baru Energi Terbarukan (EBET) Akan Rampung Kuartal I 2024
“Namun demikian amonia butuh dukungan finansial yang memadai, kecukupan regulasi, dan kepastian pasar,” ujarnya dalam Rapat Kerja (Raker) Kementerian ESDM bersama Komisi VII DPR RI tentang Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBET), Senin (20/11).
Walau begitu, dia menegaskan Kemenperin tetap mendukung realisasi amonia hijau secara baik di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News