kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pelaku usaha soroti kelangkaan kontainer yang menghambat ekspor


Rabu, 01 September 2021 / 20:30 WIB
Pelaku usaha soroti kelangkaan kontainer yang menghambat ekspor
ILUSTRASI. Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (22/7/2021). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyoroti kasus kelangkaan kontainer yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir dan berdampak pada melambungnya tarif.

Ketua Bidang Perdagangan Apindo Benny Soetrisno mengungkapkan, pihaknya juga menduga sejumlah perusahaan pelayaran (shipper) sengaja mengambil keuntungan. "Ketidakseimbangan antara ekspor dan impor akibat pandemi ini juga dimanfaatkan untuk para shipper melakukan profit taking untuk menutup kerugian tahun 2020," kata Benny kepada Kontan, Rabu (1/9).

Benny menjelaskan, hal ini terlihat dari semakin berkurangnya angkutan kontainer jalur laut. Saat ini sendiri, menurut catatan Apindo, hampir 90% angkutan barang impor maupun ekspor dilayani perusahaan perkapalan asing.

Benny mengakui, dalam kondisi ini maka pelaku usaha bersama pembeli hanya bisa melakukan negosiasi dengan pemilik angkutan kapal laut antarbenua agar mau menurunkan tarif kargonya.

Baca Juga: Pengusaha yakin kinerja manufaktur baru akan kembali ke zona ekspansif pada 2022

Benny pun membenarkan saat ini sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS) dan Filipina tengah mengidentifikasi dugaan kartelisasi yang berimbas pada kelangkaan kargo.

Dalam kondisi ini, pihaknya berharap pemerintah Indonesia turun tangan dengan memanggil para agen maupun perwakilan perusahaan angkutan asing yang ada. "Untuk meminta bantuan agar menyediakan kontainer yang cukup untuk keperluan ekspor dengan biaya angkut yang normal," jelas Benny.

Kelangkaan kontainer ini kemudian berdampak ke sejumlah sektor lain. 

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan, di tengah pandemi Covid-19 sebenarnya permintaan ekspor terhadap produk UMKM sangat tinggi. Hanya saja, berbagai kendala mulai dari kapasitas produksi hingga ketersediaan kontainer masih menjadi persoalan. 

"Walaupun sebenarnya permintaan ekspor juga banyak seperti produk-produk furniture, kopi, buah-buahan tropis dan macam-macam kuliner. Tetapi kita terkendala kontainer," kata Teten dikutip dari keterangan resmi, Sabtu (28/8).

Baca Juga: Kontainer di pelabuhan langka, pengamat: Mengakibatkan pembiayaan ekspor membengkak

Kelangkaan kontainer masih menghantui permasalahan logistik saat ini, khususnya di perdagangan ekspor impor. Jika pun bisa diusahakan, mesti ada tambahan biaya pengiriman yang cukup mahal. Kondisi ini tak hanya dihadapi oleh pengusaha besar, tetapi juga UMKM yang berorientasi ekspor. 

Secara khusus terkait biaya pengiriman tersebut, menurut Teten hal itu masih dibicarakan dan dirumuskan oleh Komite PEN lintas kementerian. Sehingga belum ada skema yang tepat. 

"Saya sedang pelajari bagaimana di negara lain. Memang harus dihitung jika ada biaya tambahan kontainer seberapa besar kebutuhannya. Dan berapa kali lipat dari nilai subsidi nanti bisa diberikan kepada transaksi ekspornya," jelas Teten.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa mengakui suplai barang ke pasar ekspor akhirnya terhambat akibat sendatan kontainer di sejumlah pelabuhan luar negeri.

Jemmy mengungkapkan kenaikan tarif kargo ini telah terjadi sejak kuartal III 2020 lalu. Adapun, saat ini dinilai menjadi puncak kenaikan tarif kargo pasalnya kenaikannya kini mencapai 5 hingga 6 kali lipat dari tarif normal.

"Tarif kargo atau kontainer yang masih terus naik sangat mempengaruhi daya saing produk Indonesia," kata Jemmy kepada Kontan.co.id, Minggu (29/8).

Jemmy menambahkan, kenaikan tarif kargo diperparah dengan letak geografis Indonesia yang kurang menguntungkan dibanding negara pesaing seperti China, India, dan Vietnam. Negara-negara tersebut lebih dekat jaraknya ke sejumlah wilayah tujuan ekspor seperti Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan Amerika Latin.

Jemmy memberikan gambaran, pada kondisi normal, tarif kargo dari Indonesia ke AS sebesar US$ 2.500 per kontainer. Dengan kenaikan tarif maka kini ongkos yang harus dirogoh bahkan bisa mencapai US$ 18.000 per kontainer. 

Sementara negara pesaing seperti India pada kondisi normal mengeluarkan ongkos US$ 1.500 per kontainer, dengan kenaikan tarif biaya yang dikeluarkan hanya sebesar US$ 7.500 per kontainer. "Jadi (kenaikan tarif) membuat perbedaannya melebar," jelas Jemmy.

Selanjutnya: Perusahaan di KEK Kendal ekspor produknya ke Malaysia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×