Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan rupiah memberi dampak positif pada industri komoditas yang berbasis ekspor. Namun pada karet, efeknya dinilai bakal relatif netral.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo menyampaikan secara umum dalam dunia komoditas, bila dollar menguat maka harga komoditas akan cenderung tertekan. Tapi mengingat produksi karet diperkirakan akan turun, maka kondisi ini bisa membuat harga jadi stabil.
"Di karet sementara ini di luar ekspektasi, produksi negara produsen utama ada sedikit penurunan. Jadi secara fundamental tidak jadi mengalami over oversupply yang berlebihan. Ini faktor positif, di kombo dengan efek dollar tinggi, jadinya netral-netral saja pergerakan harganya," katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (6/9).
Memang, produksi karet tahun ini diperkirakan bakal terkoreksi dari target awal di 3,77 juta ton. Penyebabnya adalah penyakit gugur daun akibat Neofusicoccum sp.
Mengutip pemberitaan Kontan sebelumnya, pihak Gapkindo menyatakan produksi karet pada semester pertama sudah turun 8%. Kemudian terdapat potensi pada semester kedua bisa turun 10%.
Sebelumnya, pihak Gapkindo memperkirakan harga SIR 20 pada bulan Agustus 2018 akan berkisar pada level USDC 130-150 per kg.
Sedangkan mengutip Bloomberg, harga karet di bursa Tokyo Commodity Exchange hari ini diperdagangkan di 168,1 JPY per kilogram. Harga ini jatuh dari posisi year on year di 233,5 JPY per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News