kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.095   -25,00   -0,16%
  • IDX 7.108   -49,86   -0,70%
  • KOMPAS100 1.064   -9,05   -0,84%
  • LQ45 834   -8,40   -1,00%
  • ISSI 216   -2,01   -0,92%
  • IDX30 426   -3,80   -0,88%
  • IDXHIDIV20 514   -4,38   -0,84%
  • IDX80 121   -1,10   -0,90%
  • IDXV30 127   -0,23   -0,18%
  • IDXQ30 142   -1,29   -0,90%

Pelemahan Rupiah Hingga Kenaikan Pajak Kian Tekan Industri


Rabu, 18 Desember 2024 / 17:56 WIB
Pelemahan Rupiah Hingga Kenaikan Pajak Kian Tekan Industri
ILUSTRASI. Petugas menunjukkan uang pecahan rupiah dan dolar AS dan di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (6/11/2024).ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi kian menekan industri.? Situasi ini membuat industri mengkalkulasi ulang bisnis.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi kian menekan industri.

Ketua Umum BPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Subandi mengatakan, kondisi ini bukan yang pertama kali terjadi. Situasi ini membuat industri terpaksa harus berkali-kali melakukan kalkulasi ulang bisnis.

"Kadang-kadang kami sudah putus asa. Pelaku usaha maunya ada kepastian sehingga tidak terus menghitung ulang biaya produksi maupun biaya lainnya," ungkap Subandi kepada Kontan, Rabu (18/12).

Subandi melanjutkan, dengan pelemahan rupiah maka ongkos produksi akan ikut terkerek. Kondisi industri kini diperparah dengan kenaikan PPN 12% dan kenaikan UMP pada tahun 2025 mendatang. 

Baca Juga: Menteri UMKM Targetkan Holding UMKM Berdiri Pertengahan 2025

Beban industri semakin berat di tengah pelemahan daya beli masyarakat. Kombinasi berbagai tekanan bisnis dinilai bisa berimbas negatif pada laju bisnis industri.

"Ini bisa berimplikasi pada terhentinya aktivitas industri atau perusahaan terutama yang memang tidak memiliki kecukupan dalam menjual produk," jelas Subandi.

Subandi mengatakan, umumnya industri nasional mengimpor tiga kluster komoditas utama seperti bahan baku, barang modal hingga barang konstruksi.

Seluruh sektor dinilai berpotensi menerima dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan ini.

"Kita punya batas perkiraan kalau Rp15.000 sampai Rp15.800 itu mungkin masih kategori toleransi. Tapi kalau di atas Rp15.800 apalagi sampai Rp16.000 itu menjadi beban," tegas Subandi.

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko mengatakan, impor bahan baku industri alas kaki masih cukup tinggi di tengah pelemahan rupiah.

"Umumnya tidak ada investasi baru untuk industri bahan baku sehingga harus dipenuhi oleh impor," kata Eddy kepada Kontan, Rabu (18/12).

Eddy menjelaskan, di sisi lain industri sepatu masih berpeluang meraup untung khususnya bagi pelaku usaha yang melakukan penjualan ekspor.

Baca Juga: Surya Pertiwi (SPTO) Optimis Target Penjualan 2024 Tercapai

Selanjutnya: Harga Emas Stabil di US$2.647,92 Rabu (18/12) Sore, Jelang Keputusan Suku Bunga Fed

Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Besok di Wilayah Yogyakarta, Dominan Berawan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×