Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) atau Pelindo I memproyeksikan pembangunan fase kedua dari Pelabuhan Kuala Tanjung untuk menjadi pelabuhan hub internasional bisa dimulai tahun depan. Pengembangannya meliputi kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan.
Hanny Uktolseya, Project Director Pelabuhan Kuala Tanjung menyebutkan bahwa pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung memiliki 4 fase yang mana fase pertama telah selesai dilakukan yakni terminal multipurpose yang telah aktif pada April lalu.
Baca Juga: Kembangkan Kuala Tanjung, Pelindo I gandeng dua mitra asing
Sedangkan, untuk fase kedua yakni pengembangan kawasan industri terintegrasi dengan fase ketiga yakni pelabuhan. Nantinya, luasnya mencapai 3.400 ha. "Untuk tahap pertama kami kembangkan 400 ha dulu," ujarnya menjawab kontan.co.id, Kamis (14/11).
Selanjutnya, untuk fase kedua berharap perusahaan patungan atawa joint venture (JV) itu segera terbentuk. Adapun Pelindo I baru saja menandatangani Head of Agreement (HoA) dengan dua investor asing.
Kedua investor tersebut Port of Rotterdam Authority dan Zhejiang Provincial Seaport Investment & Operation Group Co, Ltd. Pihaknya memastikan sebagai pemegang saham mayoritas dalam pembentukan perusahaan patungan itu.
Pihaknya memproyeksikan, JV akan terbentuk pada pertengahan tahun depan. Nantinya, setelah terbentuk mereka segera membuat pelayaran langsung dari Kuala Tanjung ke Ningbo (China) dan sebaliknya guna meningkatkan trafik.
Walaupun begitu, pengembangan pada fase kedua tak mudah. Ihsanuddin Usman, Direktur Transformasi Pelindo I bilang, untuk saat ini pihaknya masih memiliki kendala dari pengadaan lahan. "Saat ini baru memiliki izin 150 ha," terangnya.
Baca Juga: Kementerian PUPR targetkan 30% proyek tahun 2020 diteken bulan Januari
Hanny melanjutkan, pihaknya memproyeksikan untuk pengembangan Kuala Tanjung hingga akhir membutuhkan waktu 20 hingga 25 tahun. Adapun kebutuhan investasinya diproyeksikan mencapai Rp 30 triliun hingga Rp 35 triliun.
Sayang, untuk pengembangan fase kedua dirinya masih belum bisa menyebutkan kebutuhan dananya. "Kami masih harus melakukan feasibility study terlebih dahulu," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News