Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Permintaan atas minyak nabati terus mengalami pertumbuhan. Tahun 2016, konsumsi minyak nabati dunia mencapai 167,5 juta ton. Di mana 40% dari angka tersebut merupakan permintaan untuk produk kelapa sawit.
Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi menjelaskan, dalam 30 tahun ke depan, permintaan minyak nabati akan tumbuh hingga 275 ton. Artinya, terdapat pertambahan permintaan hingga 105 juta ton.
"Kalau kita menggunakan komposisi sekarang, maka ada permintaan minyak sawit 40-50 juta ton dalam 3 tahun. Melihat peran Indonesia, maka akan ada permintaan minyak sawit 20 juta ton hingga 25 juta ton," tutur Bayu.
Bayu mengungkap, saat ini jumlah produksi minyak sawit Indonesia bisa mencapai 35 juta ton. Karena itu, untuk memenuhi permintaan tersebut, alternatif utama yang bisa dilakukan adalah meningkatkan produktivitas kebun. Sementara, alternatif sekundernya adalah memperluas kebun.
Bayu juga mengutarakan, saat ini, produktivitas minyak sawit adalah sebesar 7,8 ton - 8 ton minyak mentah (CPO) per hektare pada level pusat penelitian. Rata-rata perusahaan swasta sudah mencapai 4,5 ton - 5 ton CPO per hektare.
Sementara, perkebunan rakyat 3 ton – 3,5 ton CPO per hektare. "Jadi ada ruang yang cukup besar baik dari perkebunan rakyat ke perusahaan swasta. Itu saja perbedaannya sudah 1 - 2 ton CPO per hektare. Apalagi mengejar dari lembaga penelitian," terang Bayu.
Sebelumnya, delegasi Sawit Indonesia yang terdiri dari wakil Kementerian ESDM, Kementerian Perdagangan, BPDP Sawit, Perhepi, Aprobi, Apcasi, dan wakil dari eksportir, berkunjung ke Tokyo dan Osaka untuk suatu misi promosi dan diplomasi dagang produk sawit tinggal 10 - 14 Juli 2017
Dari kunjungan tersebut, diketahui bawah saat ini sektor energi semakin penting karena bentuknya bukan hanya cair saja. Tadinya, produk sawit hanya digunakan sebagai minyak makan, dan kebutuhan industri serta untuk kebutuhan kosmetik.
Sejak 3 tahun terakhir, Jepang menjadi salah satu negara yang pertumbuhan ekspornya naik 40%. Bayu mengungkap, permintaan ekspor ke Jepang justru lebih didominasi oleh cangkang kelapa sawit. "Jepang sedang gandrung dengan pembangkit listrik tenaga bio energi, dan sawit menjadi alternatif terbaik untuk sumber bio energi;" terang Bayu.
Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit (Apcasi), Pada 2016, jumlah ekspor untuk cangkang sawit sebesar 1,6 juta ton. Jumlah yang diekspor untuk Jepang sebesar 800.000 ton. Tahun ini, ditargetkan cangkang sawit akan diproduksi hingga 1,8 juta ton, dan ekspor ke Jepang akan terus bertambah hingga 1,2 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News