Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ekspansi unit II berkapasitas 1.000 megawatt (MW) milik PT Cirebon Electric Power sudah mencapai 14,7% dari rencana target yang bisa diselesaikan pada tahun 2022.
Presiden Direktur Cirebon Electric Power, Heru Dewanto mengatakan, saat ini pihaknya sudah masuk ke dalam tahapan konstruksi setelah financial closing disetujui pada November 2017 tahun lalu.
Sementara konstruksi terus berjalan, pemadatan tanah jalan terus dilakukan. Sebab, proses pemadatan tanah ini membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni sekitar satu tahun. "Yang lain dilakukan, ini bukan hanya konstruksi, dan desain serta bicara mengenai manufaktur pabrik dan itu berjalan. Saat ini sudah 14,7%," terangnya beberapa pekan lalu.
Dengan kemajuan pembangunan itu, habis lebaran ini, kata Heru, pihaknya akan mengundang Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk menghadiri peresmian pemancangan tiang pertama. Apabila, pemancangan tiang sudah dilakukan maka kegiatan konstruksi tidak boleh berhenti. Alasannya, jika kegiatan berhenti, maka akan memakan cost.
Heru enggan menguraikan berapa investasi yang sudah keluar sampai saat ini atawa dari progres pembangunan yang mencapai 14,7%. Ia hanya bilang, total investasi keseluruhan dalam proyek PLTU ekspansi Unit II berkapasitas 1.000 MW ini mencapai US$ 2,2 miliar. "Dikalikan saja, berapa 14,7%-nya dari US$ 2,2 miliar," terangnya.
Asal tahu saja, Cirebon Electric Power juga baru saja memenangkan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) pada 2 Mei 2018 kemarin. Maka dari itu, Heru bilang, pengembangan PLTU ini bisa diselesaikan sesuai dengan target Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yaitu tahun 2022.
Berkaitan dengan pemancangan tiang pertama, pihaknya juga akan meluncurkan beberapa program, antara lain program pusat vokasi untuk konstruksi, dan pusat operasi clean coal energy maintenance.
Bahkan, pihaknya juga akan menerapkan digitalisasi industri 4.0 pada pembangkit yang saat ini sudah berjalan yakni yang berkapasitas 660 MW. "Kami mengajukan diri sebagai pilot project digitalisasi pembangkit yang mana adalah aset manajemen," ungkapnya.
Pihaknya akan bekerja sama dengan perusahaan internasional dipaketkan dengan perusahaan lokal berbicara mengenai transfer of technology. Contohnya seperti Internet of Think (IOT) berdasarkan big data. Supaya, bisa memprediksi atau maintenance pembangkit apabila terjadi shutdown.
"Kami membuat cara ini, dikaitkan dengan data yang dihubungkan dengan IOT ini, kira-kira kapan akan rusak dan sebelum terjadi kami sudah mengetahui. Jadi operasi efisiensi bisa ditingkatkan," katanya.
Adapun saat ini sudah ada beberapa proposal yang masuk untuk mengembangkan ini. Beberapa proposal yang masuk menyebut bisa mengefisiensi sekitar 20% sampai 30%. "Tapi kami belum tahu persis, sambil lihat dalam prakteknya nanti," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News