kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Pemerintah Akan Galakkan Pemakaian Kompor Listrik untuk Orang Kaya


Rabu, 17 Januari 2024 / 14:23 WIB
Pemerintah Akan Galakkan Pemakaian Kompor Listrik untuk Orang Kaya
ILUSTRASI. Program peningkatan pemakaian kompor listrik induksi akan dilanjutkan dengan menyasar orang kaya.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Energi Nasional (DEN) menyebut peningkatan pemakaian kompor listrik induksi akan dilanjutkan dengan menyasar orang kaya. 

Seperti diketahui, program kompor induksi sempat diusulkan oleh PT PLN dengan menyasar masyarakat miskin. Meski sudah melakukan sosialisasi di sejumlah daerah, program ini malah dibatalkan dengan alasan menjaga kenyamanan masyarakat dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. 

Pemerintah juga memastikan bahwa program konversi kompor LPG 3 kilogram (kg) ke kompor listrik induksi tidak akan diberlakukan pada tahun 2022.

Sekretaris DEN Djoko sIswanto mengatakan, program kompor induksi seharusnya dimulai dari orang menengah ke atas, bukan orang miskin. 

Menurutnya, jika transisi dimulai dari masyarakat kurang mampu, maka pencapaian transisi akan terus rendah. 

“Kemarin Pak Luhut memimpin rapat dan mau memulai yang bisa dilaksanakan. Mudah-mudahan kompor induksi dimulai lagi, sementara ini terus berjalan seperti adanya dahulu dengan membagikan rice cooker,” ujarnya dalam konferensi pers di Gedung DEN, Rabu (17/1). 

Baca Juga: Program Bagi-bagi Rice Cooker Gratis Pakai Produk dengan Kandungan Lokal Maksimal

Djoko menyebut, sebelumnya penggunaan kompor induksi pernah diuji coba di Solo dan Bali dan per kepala keluarga (KK) membayar listrik hanya Rp 10.000 per bulan karena biaya memasak Rp 60 per jamnya. 

“Namun sayang sosialisasi soal penghematan ini kurang dibandingkan menaikkan daya listrik,” imbuhnya. 

Dalam pelaksanaannya, lanjut Djoko, bagi-bagi kompor induksi membutuhkan biaya yang cukup mahal yakni Rp 2 juta per KK. Menimbang hal ini, pemerintah mencari opsi lain yakni rice cooker yang lebih ekonomis. 

“Pembagian rice cooker paling bisa diimplementasikan, harganya lebih murah dari kompor induksi. Kalau bisa berjalan dengan membagikan ke seluruh masyarakat miskin sebanyak 31,5 juta, satu kali subsidi LPG bisa selesai,” sebutnya. 

Djoko menyatakan, pembagian 500.000 rice cooker akan selesai di tahun ini, targetnya pemerintah akan menambah jumlahnya menjadi  700.000 rice cooker di 2025. 

“Untuk 700.000 unit kita bisa cukup optimistis,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×