Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih kesulitan untuk meningkatkan investasi migas tahun ini. Padahal harga minyak sudah mulai merangkak naik.
Kementerian ESDM mencatat realisasi investasi di sektor migas pada kuartal III 2018 baru mencapai US$ 8 miliar. Realisasi investasi migas di kuartal 3 2018 tersebut baru mencapai 47,61% dari target tahun ini US$ 16,8 miliar.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi,Djoko Siswanto bilang investasi migas sangat tergantung pada harga minyak. Ketika harga minyak rendah, maka investasi migas juga rendah.
"2014 sudah mulai rendah kan, di dunia manapun, ketika harga minyak rendah, dia investasi menunggu harga minyak tinggi,"kata Djoko pada Senin (29/10).
Namun saat ini harga minyak sudah mulai naik dari tahun 2014, dengan rata-rata mencapai US$ 80 per barel. Djoko menyebut efek kenaikan harga minyak saat ini belum terasa dalam bentuk investasi migas di Indonesia.
Ini lantaran proyek-proyek baru di sektor migas juga masih minim. Untuk itu, Djoko menyebut dampak kenaikan harga minyak baru bisa dirasakan pada tahun depan ketika dimulai tender-tender baru untuk pembangunan fasilitas produksi migas.
"Sekarang sudah mulai naik kan, baru mau mulai, implementasinya baru tahun depan, kami akan naik lagi 2019. Sekarang baru tender-tender kan, banyak yang on stream itu di 2019, makanya investasi hulu migas itu tinggi pada saat pembangunan fasilitas produksi, kalau tidak ada pembangunan rendah dia," kata Djoko.
Djoko pun menyebut ada dua proyek yang jadi andalan pemerintah untuk meningkatkan produksi pada tahun depan yaitu proyek Jambaran Tiung Biru (JTB) dan proyek Merakes.
"Seperti Merakes Jangkrik kan baru lelang-lelang kan. Sama Jambaran Tiung Biru baru proses. Jadi dua ini harapan kami, pembangunan Jambaran Tiung Biru terus Merakes," ungkap Djoko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News