Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih kesulitan mencapai target investasi tahun ini. Tengok saja realisasi investasi di sektor ketenagalistrikan hingga akhir September 2018 baru mencapai US$ 4,8 miliar atau 39,34% dari target US$ 12,2 miliar.
Padahal Pemerintah telah mencanangkan program pembangkit listrik 35.000 Megawatt (MW). Investasi ini diharapkan bisa membawa investasi mulai tahun 2014 sampai tahun 2019.
Menteri ESDM Ignasius Jonan menjelaskan investasi di sektor ketengalistrikan memang menyesuakan dengan pertumbuhan ekonomi dan penggunaan listrik. Saat ini, pertumbuhan ekonomi hanya 5%, sementara target proyek listrik 35.000 MW berdasarkan pertumbuhan ekonomi 7%-8%.
"Listrik investasinya pasti turun, kalau diharapkan meningkat terus, itu membangun (pembangkit) berapa besar, kan tidak mungkin itu. Jadi listrik 35.000 megawatt tidak mungkin semua diinvestasikan sampai 2019, karena pertumbuhan ekonomi sebesar 5%. Kalau dulu waktu 35.000 MW harus selesai 5 tahun itu pertumbuhan ekonominya 7%-8%," terang Jonan.
Dengan pertumbuhan ekonomi hanya 5%, maka pertumbuhan penggunaan listrik hanya sekitar 7,5%. Maka tidak heran jika sebagian proyek pembangkit listrik yang masuk dalam proyek 35.000 MW yag sebelumnya ditargetkan selesai pada 2019 jadi diteruskan hingga tahun 2024-2025.
"Penggunaan listrik rata-rata setiap daerah sekitar 1,5 kali pertumbuhan ekonomi. Kalau misalnya pertumbuhan ekonomi 7% ya penggunaan listrik 10,5%, kalau (pertumbuhan ekonomi) 8% ya (penggunaan listrik) 12%, tetapi kalau pertumbuhan ekonomi 5% maksimum penggunaan listrik 7,5%. Kalau dibandingkan beda 3%, itu besar sekali. Kalau kapasitas terpasang 60 gigawatt, 3% itu 1.800 MW, besar sekali. Jadi ini kita geser sampai 2024 2025, jadi makanya setelah ini akan flat," imbuh Jonan.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyebut penundaan proyek pembangkit listrik ini memang menjadi salah satu faktor mininya investasi listrik pada tahun 2018. Salah satunya proyek PLTGU Jawa 1 yang investasinya bisa mencapai US$ 1,8 miliar.
"Ada proyek-proyek besar yang tertunda, misalnya PLTGU Jawa 1 yang tertunda financial closing. Jadi baru kelauar equity-nya untuk persiapan proyek," kata Fabby kepada Kontan.co.id, Kamis (25/10).
Selain proyek-proyek besar tersebut, Fabby juga bilang ada 45 proyek pembangkit energi baru terbarukan (EBT) yang juga belum financial closing. Padahal seharusnya konstruksi sudah bisa dilakukan pada tahun ini. "Selain itu 45 proyek pembangkit energi terbarukan yang sudah PPA tahun lalu juga belum financial closing sampai tahun ini padahal direncanakan bisa mulai konstruksi tahun ini," kata Fabby.