Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
Di dalam Outlook ini, juga terdapat tiga skenario dekarbonisasi untuk sistem energi Indonesia yang keseluruhan skenario menghasilkan total biaya sistem energi yang lebih rendah dibanding skenario energi yang direncanakan pemerintah.
Temuan lain yang juga terungkap dari Outlook ini adalah bahwa transisi dari bahan bakar fosil membantu mengurangi biaya eksternalitas yang terkait dengan polusi udara dan perubahan iklim.
Dengan skenario 1,5 derajat, biaya eksternalitas tahunan yang dapat dihindari antara US$ 200 miliar hingga US$ 635 miliar. Hal ini menyiratkan bahwa Indonesia berpotensi menghemat antara US$ 20 miliar dan US$ 38 miliar per tahun atau sekitar 2% hingga 4% dari PDB saat ini jika bertransisi ke jalur dekarbonisasi pada pertengahan abad.
Baca Juga: Memangkas Beban Berat PLN, Spin Off PLTU Batubara Dikebut
Untuk merealisasikan penghematan tersebut, Outlook ini merekomendasikan sembilan tindakan yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia, yang di antaranya diklasifikasi ke dalam kerangka regulasi dan hukum.
Dalam konteks ini, pemerintah Indonesia diminta untuk melanjutkan perampingan proses pengadaan energi terbarukan. Kemudian mengembangkan kerangka peraturan yang jelas dengan lelang energi terbarukan yang efektif dan mekanisme feed in tariff (FiT) yang berfungsi dengan baik.
Dua rekomendasi lain yang terkait regulasi dan hukum yaitu mengembangkan solusi untuk menciptakan pasar energi terbarukan yang terdistribusi seperti membuat mekanisme remunerasi yang menarik bagi konsumen, memungkinkan partisipasi investor swasta di pasar mini dan off-grid.
Selanjutnya, pemerintah juga harus mengatasi hambatan regulasi dan pasar dalam PPA, seperti meninjau syarat dan ketentuan PPA energi terbarukan saat ini demi mengatasi kekhawatiran investor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News