kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah Gandeng Denmark untuk kembangkan EBT di 4 Provinsi


Kamis, 05 Desember 2019 / 21:42 WIB
Pemerintah Gandeng Denmark untuk kembangkan EBT di 4 Provinsi
ILUSTRASI. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif


Reporter: Dimas Andi | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan kerja sama berupa kemitraan strategis dengan pemerintah Denmark untuk pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT).

Dalam kerja sama ini, pemerintah Denmark memberi rekomendasi kepada Indonesia dalam bentuk Regional Energy Outlook di empat provinsi tanah air, yakni Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Riau.

Baca Juga: Pemerintah klaim proyek gas jadi solusi atasi kebutuhan gas Pupuk Indonesia

Dikutip dari situs Kementerian ESDM, Arifin Tasrif selaku Menteri ESDM mengungkapkan, pemerintah Denmark membatu analisa skenario yang paling cocok untuk empat wilayah tadi terkait sistem tenaga listrik yang terjangkau, tangguh, dan ramah lingkungan. Denmark juga memberikan masukan mengenai peran EBT dalam menggantikan energi fosil.

“Tantangan Indonesia adalah memanfaatkan potensi EBT dan mereduksi ketergantungan terhadap energi fosil,” kata Arifin seperti dikutip dari laman resmi Kementerian ESDM, Kamis (5/12).

Menteri Kerja Sama Pembangunan Denmark Rasmus Prehn juga menyambut positif kerja sama negaranya dengan Indonesia di bidang EBT. Diharapkan, rekomendasi yang diberikan oleh Denmark dapat menciptakan iklim industri EBT yang lebih murah dan efisien.

Baca Juga: Garuda Indonesia akan memberikan diskon 30% untuk semua penerbangan hari Senin-Kamis

Lebih rinci, untuk wilayah Sulawesi Utara, Denmark memberi rekomendasi bahwa provinsi tersebut memiliki potensi besar untuk pengembangan EBT, khususnya energi hidro. Sedangkan Gorontalo punya potensi besar untuk pengembangan energi panel surya.

Apabila kedua provinsi ini berhasil mengembangkan energi hidro, surya, dan menggunakan gas alam sebagai pengganti batubara, maka emisi gas rumah kaca di kawasan tersebut bisa berkurang lebih dari 50% pada tahun 2030.

Sementara itu, Kalimantan Selatan masih didominasi oleh penggunaan batubara. Namun, Denmark menilai, energi angin, surya, dan gas alam dapat dijadikan energi alternatif yang murah untuk menggantikan batubara.

Jika pada tahun 2030 Kalimantan Selatan berhasil mengembangkan EBT hingga 34% untuk pasokan listrik, bukan mustahil emisi gas rumah kaca di provinsi ini menyusut hingga 48%.

Baca Juga: Perusahaan Penyalur Solar Subsidi Bisa Bertambah premium

Pemerintah Denmark juga menikai, kawasan Riau dan Sumatera secara keseluruhan memiliki potensi EBT khususnya energi angin dan surya. Bahkan, potensi EBT di kawasan ini lebih besar dari yang digambarkan pada RUPTL 2019—2028.

Apabila baruan EBT di Riau dapat mencapai 2/3 dari pasokan listrik yang ada di kawasan tersebut pada tahun 2030 sesuai RUPTL, maka akan terjadi penghematan pembiayaan infrastruktur listrik sebesar Rp 13 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×