Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Meski rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Batang, Jawa Tengah belum juga dimulai, rupanya pemerintah sudah menghitung perkiraan harga jual listriknya. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menetapkan kisaran harga listrik sebesar US$ 6,7 sen per kilo watt hour (KwH).
Kepala Pusat Pengelolaan Resiko Fiskal Kemenkeu, Freddy Riskon Saragih berpendapat, kisaran harga itu masih di bawah rata-rata. "Tarifnya level US$ 6,7 sen per KwH, itu murah sekali," katanya, Kamis (02/9).
Sementara itu mengenai pembebasan lahan bakal area PLTU berkapasitas 2x1000 megawatt (MW) itu, saat ini masih tersisa dua lahan warga yang belum dibebaskan dengan total luas sekitar 7,7 hektare (ha). Dus, proses financial close hingga kini belum bisa dilakukan.
Mendapati alotnya pembebasan lahan di sekitar proyek bakal PLTU Batang itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung pernah menawarkan alternatif pencarian lahan lain. Atas tawaran itu, Freddy enggan berkomentar. "Saya tidak bisa jawab itu, yang jelas saya sudah melihat langsung kondisi lahan PLTU Batang yang belum dibebaskan itu, saya lihat sendiri kalau sebenarnya sawahnya tidak produktif lagi," ungkapnya.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Utama PLN Nur Pamudji memastikan akan melanjutkan pengembangan proyek PLTU Batang. Namun, dia tak mau memerinci detail perkembangan proyek itu. "Belum ada berita apa-apa, no comment," katanya kepada KONTAN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News