Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan menetapkan, ada 15 jaringan trayek penyelenggaraan angkutan barang di laut (tol laut). Beberapa trayek tersebut akan dilelang untuk dikelola oleh perusahaan swasta.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Dwi Budi Sutrisno mengatakan, dari 15 trayek tol laut tersebut, sebanyak tujuh trayek akan dilelang ke perusahaan swasta. Sisanya, akan diberikan penugasan ke PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) dan PT ASDP Indonesia Ferry. "Sampai saat ini kami sedang menyiapkan proses lelang dan diharapkan beberapa perusahaan berminat mendaftar," ujar Dwi saat dihubungi KONTAN, Senin (29/1).
Dari 15 trayek tersebut, tujuh trayek yang akan dilelang adalah T5 (Tanjung Perak–Makassar–Tahuna–Tanjung Perak), T7, T8, T9 T10, T11, dan T12.
Dwi menyebutkan, proses lelang tol laut direncanakan mulai akhir pekan ini. Target pemerintah adalah perusahaan pelayaran yang memiliki armada serta manajemen yang baik.
Meski masih dalam perhitungan, Dwi menyebutkan, kisaran investasi yang diperlukan untuk pengembangan proyek tol laut mencapai Rp 400 miliar. "Proyeksi nilai pengembangan tol laut masih dihitung lagi, tapi sekitar itu," ungkapnya.
Kontrak tersebut memiliki jangka waktu satu tahun. Sehingga, setelah kontrak habis, pemerintah akan kembali melakukan lelang.
PT Pelni pada tahun ini kembali mendapat tugas mengembangkan program tol laut. Sebagaimana diketahui, proyek tol laut sudah menjadi pekerjaan tahunan perusahaan pelat merah.
Tahun ini, Pelni mendapat penugasan enam trayek tol laut yang akan mulai beroperasi pada akhir pekan ini, yakni trayek T2, T4, T6, T13, T14, dan T15. Tahun lalu, Pelni mendapat penugasan menjalankan tujuh rute tol laut.
Harry Boediarto Soemarto, Direktur Utama Pelni, menilai, melalui program tol laut pihaknya bisa membantu menekan disparitas harga. Terlebih yang terjadi di daerah-daerah terpencil, seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Selama mengembangkan tol laut, Pelni selalu mencatatkan pertumbuhan kargo yang positif dari tahun ke tahun. Adapun trayek-trayek yang berkontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan kargo di antaranya adalah Papua dan NTT. "Karena permintaan barang di Papua biasanya mahal, sehingga ketika ada subsidi barang, permintaan bisa menjadi banyak," ujarnya kepada KONTAN, Senin (29/1).
Pelni menargetkan pertumbuhan bisnis kargo mencapai sekitar 30% hingga 40%. "Tadinya return kargo 20%, diharapkan tahun ini lebih meningkat, bisa 30% hingga 40%," harap Harry. Kendati begitu, jumlah volume logistik yang masih terbatas belum terlalu memberikan pengaruh yang signifikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News