Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah bakal menggelontorkan insentif untuk memuluskan proyek hilirisasi batubara. Selain royalti 0% yang ditegaskan dalam Undang-Undang Cipta Kerja dan aturan turunannya, pemerintah juga menyiapkan harga khusus batubara untuk hilirisasi dan skema subsidi bagi produk Dimethyl Ether (DME) yang akan dipakai untuk substitusi LPG.
Gasifikasi batubara (coal to DME) itu akan ditopang oleh proyek yang sedang digarap PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Pertamina (Persero) dan Air Product. Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Minerba, Irwandy Arief, menyatakan bahwa pemerintah sedang membahas harga khusus untuk batubara yang digunakan dalam hilirisasi di proyek tersebut.
Pembahasan harga khusus tersebut akan segera rampung. "Khusus kerjasama PTBA-Pertamina-Air Product, setahu saya harga batubara sudah hampir beres," ungkap Irwandy kepada Kontan.co.id, Minggu (28/2).
Sayangnya, Irwandy belum membuka detail skema harga khusus batubara yang akan diberikan pemerintah untuk proyek gasifikasi. Yang jelas, harga khusus tersebut diklaim mempertimbangkan margin dan biaya proyek sehingga bisa meningkatkan kelayakan ekonomi gasifikasi batubara.
Baca Juga: Penjualan alat berat United Tractors (UNTR) diproyeksi naik di 2021
"Belum tahu finalnya (skema dan besaran harga khusus)," ungkap Irwandy.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menyambut kebijakan tersebut. Menurutnya, insentif berupa skema harga khusus untuk hilirisasi diperlukan, guna memberi kepastian jangka panjang terhadap biaya bahan baku untuk hilirisasi batubara.
"Jadi harga khusus tersebut harus bisa menutup biaya penambangan tetapi juga tetap atraktif dan memberikan kepastian untuk pemrosesan batubara menjadi DME," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Senin (1/3).
Selain harga khusus, pemberian subsidi untuk pengembangan coal to DME juga dinilai perlu. Pasalnya, pemanfaatan DME bisa memberi keuntungan bagi pemerintah berupa penurunan subsidi dibandingkan dengan subsidi untuk LPG.
"Perihal berapa estimasi besaran bantuannya, sementara masih sedang kami kaji secara internal," ujar Hendra.
Baca Juga: Begini pengaruhnya bisnis Adaro Energy (ADRO) terkait harga minyak dunia yang naik
Yang perlu dicatat, sambungnya, subsidi untuk DME berbeda dengan subsidi untuk LPG yang sebagian besar masih dipasok melalui impor dari luar negeri. Sedangkan DME akan diproduksi di dalam negeri. "Sehingga dananya dinikmati oleh pihak-pihak di dalam negeri," ungkap Hendra.
Dihubungi terpisah, Sekretaris Perusahaan PTBA Apollonius Andwie mengatakan bahwa insentif maupun subsidi bakal berperan signifikan dalam mengakselerasi program hilirisasi batubara. Menurutnya, hal ini penting guna memperkuat ketahanan energi.