Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mempersiapkan 128 proyek pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) alias energi hijau untuk tahun 2017. Jumlah proyek EBT tersebut naik dari rencana semula sebanyak 78 proyek.
Sekretaris Direktorat Jenderal (Ditjen) Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana bilang, jumlah proyek pembangkit EBT dipersiapkan di 128 lokasi. “Jumlah proyek EBT tahun depan naik dari rencana awal kami,” kata Dadan kepada KONTAN, Jumat (19/8).
Sayang, Dadan belum mengantongi hitungan detail nilai 128 proyek pembangkit EBT tersebut. Yang jelas, Dadan memastikan, pemangkasan anggaran Kementerian ESDM, khususnya di Ditjen EBTKE senilai Rp 400 miliar, tidak mempengaruhi rencana proyek EBT tahun depan. “Pemangkasan anggaran tahun ini tidak berpengaruh ke proyek EBT tahun depan," kata Dadan.
Perlu diketahui, tahun ini anggaran di Ditjen EBTKE dipangkas sebesar Rp 400 miliar menjadi Rp 1,7 triliun. Pemangkasan anggaran masuk dalam program efisiensi anggaran yang dilakukan Kementerian dan Lembaga Negara tahun 2016.
Dadan menjelaskan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bisa menjadi kontraktor proyek 128 pembangkit EBT tersebut. Untuk itu, pemerintah mempersiapkan dua skema proyek, yaitu penugasan langsung ke BUMN dan melalui lelang barang dan jasa. "Skemanya kombinasi antara keduanya," ujar Dadan.
Investasi lewati target
Terkait realisasi proyek-proyek EBT di paruh pertama tahun 2016, Dadan mengklaim, sudah melampaui target atau mencapai 63,9% dari target akhir tahun. Dalam bentuk nilai, investasi EBT sampai semester pertama 2016 tercatat senilai US$ 876 juta. Nilai investasi tersebut termasuk belanja pemerintah dan juga investasi dari swasta.
Direktur Jenderal EBTKE Rida Mulyana menambahkan, investasi EBT terbesar berasal dari sektor panas bumi dengan nilai US$ 567 juta dengan kapasitas listrik terpasang yang dihasilkan mencapai 1.493,5 megawatt (MW).
Adapun investasi paling sedikit berasal dari investasi aneka EBT dengan realisasi US$ 18 juta atau 18% dari target sebesar US$ 100 juta. Rida mengatakan, hal ini terjadi karena belum diimplementasikannya aturan tarif pengembangan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) dengan baik. “Akibatnya, investor belum banyak investasi untuk pembangkit ini,” tambah dia.
Proyek pembangkit aneka EBT terdiri dari PLTMH dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Untuk PLTS, kapasitas yang ditargetkan saat ini mencapai 15,3 MW. Perinciannya, sebesar 6,7 MW dalam tahap konstruksi dan 8,6 MW dalam tahap lelang.
Adapun proyek PLTMH baru tercapai 6,2 MW. Sebanyak 3,05 MW dalam tahap konstruksi dan 3,15 MW dalam tahap lelang. Terakhir untuk bioenergi, investasinya paling tinggi mencapai 96% dari target investasi tahun ini.
Dari sisi nilai, investasi bioenergi mencapai US$ 298 juta, dari target US$ 310 juta. Di bidang bioenergi, investasi berasal dari pembangkit biogas, bioenergi dan pembangkit bahan bakar nabati (BBN).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News