kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.250.000   11.000   0,49%
  • USD/IDR 16.640   37,00   0,22%
  • IDX 8.140   21,59   0,27%
  • KOMPAS100 1.116   -2,74   -0,25%
  • LQ45 782   -2,78   -0,35%
  • ISSI 287   0,98   0,34%
  • IDX30 411   -1,53   -0,37%
  • IDXHIDIV20 463   -3,28   -0,70%
  • IDX80 123   0,03   0,02%
  • IDXV30 133   -0,26   -0,19%
  • IDXQ30 129   -0,89   -0,69%

Pencampuran Etanol Dongkrak Oktan BBM, Pertamax Green 95 Jadi Uji Coba Awal


Senin, 06 Oktober 2025 / 22:30 WIB
Pencampuran Etanol Dongkrak Oktan BBM, Pertamax Green 95 Jadi Uji Coba Awal
ILUSTRASI. JAKART,25/7-PERTAMAX GREEN 95. Pengemudi Ojol melakukan pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax Green 95 di SPBU MT Haryono, Jakarta, Selasa (25/7/2023). PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Patra Niaga resmi meluncurkan Pertamax Green 95 yakni BBM Pertamax dengan campuran bioetanol 5 persen dan dijual seharga Rp13.500 per liter dengan RON 95. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pencampuran etanol dengan bahan bakar minyak (BBM) dinilai mampu meningkatkan Research Octane Number (RON) atau nilai oktan yang menentukan ketahanan dan performa pembakaran bahan bakar.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi menjelaskan bahwa program ini telah mulai diterapkan melalui produk Pertamax Green 95, yang mengandung 5% etanol (E5).

Baca Juga: Indonesia Masih Tertinggal dalam Penggunaan Etanol dalam BBM, Ini Alasannya

“Pertamax ditambah etanol itu RON-nya naik. Jadi dari sekitar 90-an, kalau etanol punya RON 108, hasilnya bisa mencapai 95,” ujar Eniya saat ditemui di Jakarta, Senin (6/10/2025).

Secara teknis, Pertamax dengan RON 92 di-blending menggunakan etanol RON 108, sehingga nilai oktan meningkat menjadi 95.

Inovasi ini menjadi dasar uji pasar (trial market) Pertamax Green 95 yang kini dijual di 104 SPBU Pertamina dengan status non-PSO (tanpa subsidi).

“Pertamax Green 95 memang berbasis Pertamax karena non-PSO. Pertamina sudah melakukan trial market untuk komposisi etanol di dalam bensin,” jelasnya.

Baca Juga: Etanol 3,5% di BBM: Pakar ITB Ungkap Dampak pada Mesin

Menuju Mandatori Etanol

Lebih lanjut, Eniya menuturkan bahwa untuk menjadikan Pertamax Green 95 sebagai BBM bersubsidi (PSO), pemerintah perlu memastikan ketersediaan pasokan etanol dalam negeri, terutama dari bahan baku tebu dan jagung.

“Kalau mau dimandatorikan etanol, sasarannya non-PSO dulu. Apakah nanti akan masuk ke PSO, itu keputusan selanjutnya, kita belum tahu,” katanya.

Menurutnya, sebagian besar mobil di Indonesia sudah kompatibel dengan bahan bakar bercampur etanol hingga 20%.

“Mobil-mobil di Indonesia, merek apa pun, secara teknis sudah mampu menggunakan BBM dengan kandungan etanol sampai 20%,” ujarnya.

Baca Juga: ESDM Sebut Brasil dan Amerika Gunakan BBM dengan Kandungan Etanol

Produksi Etanol Nasional Masih Terbatas

Dalam catatan KONTAN, pemerintah menargetkan pengembangan produksi etanol nasional dari sektor pertanian.

Dari proyek perkebunan tebu seluas 500.000 hektare di Merauke, Papua Selatan, Indonesia berpotensi memproduksi 150.000–300.000 kiloliter (kl) etanol per tahun.

Program pengembangan bioetanol ini merupakan bagian dari strategi pemerintah dalam proyek food estate dan transisi energi hijau, dengan tujuan mengurangi ketergantungan pada impor BBM sekaligus mendukung bauran energi nasional.

Selanjutnya: Aston Martin Babak Belur Akibat Tarif Trump, Pemerintah Inggris Diminta Turun Tangan

Menarik Dibaca: Hujan Sangat Lebat di Provinsi Ini, Cek Peringatan Dini Cuaca Besok (7/10) dari BMKG

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×