Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, GBS juga avalis (penjamin) pinjaman mitra plasma sekitar Rp 280 miliar.
"Hasil kebun belum cukup untuk menutup beban operasi dan bunga pinjaman. Terlebih dengan kondisi harga minyak sawit yang saat ini rendah," kata Yongki Tedja, Direktur Gozco Plantations.
Baca Juga: Kewajiban B20 akan berdampak besar bagi emiten berkapitalisasi lebih kecil
Sementara itu, dalam laporan keuangan perusahaan, tercatat GZCO masih mencatatkan rugi. Pada kuartal III 2019, rugi GZCO sebesar Rp 400 miliar atau bertambah sekitar 145,54% yoy dimana pada periode yang sama ditahun sebelumnya rugi tercatat sebesar Rp 162,90 miliar.
Kendati demikian, GZCO menyiapkan sejumlah strategi demi mendongkrak kinerja perseroan di akhir tahun.
GZCO berencana meningkatkan pembelian Tandan Buah Segar (TBS) pihak ketiga sebagai tambahan pasokan bahan olah. Nantinya pembelian ini akan dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi fasilitas pengolahan.
Selain itu, GZCO berniat meningkatkan pengendalian mutu terhadap pasokan buah luar. hal ini dilakukan guna menjaga rendeman sawit pada tingkatan yang optimal.
Baca Juga: Analis: kebijakan B20 bisa picu kenaikan produksi dan konsumsi CPO
"Q4 merupakan puncak produksi buah, sehingga produksi CPO akan meningkat secara signifikan. Selain itu, harga CPO secara bertahap menguat pada bulan terakir dan di harap ini tertahan di Q4 sehingga beri kontribusi signifikan pada nilai penjualan perseroan," ungkap Vincent.
Lebih jauh Vincent bilang pihaknya berharap industri sawit dapat tetap sejalan dengan program pemerintah khususnya program B30. Menurutnya, hal ini akan berdampak positif pada minyak sawit di pasar domestik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News