Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) masih membukukan kinerja yang kurang menggembirakan. Meskipun perolehan pendapatan naik, kinerja bottom line mereka sampai September 2019 masih merugi sebesar Rp 186,25 miliar.
Melansir laporan keuangan UNSP di periode ketiga tahun ini, perusahaan membukukan penjualan tumbuh 32,4% yoy menjadi Rp 1,42 triliun. Adapun kontribusi paling besar dari segmen sawit dan turunannya sebesar Rp 728,36 miliar.
Baca Juga: Eks Aset Domba Mas Menopang Kinerja Bakrie Sumatera Plantations (UNSP)
Namun, perolehan bisnis sawit ini turun 11% dari sebelumnya Rp 819,79 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu segmen karet juga mencatatkan penurunan 8,7% menjadi Rp 249 miliar.
Investor Relation and Director UNSP Andi W Setianto menjelaskan turunnya penjualan perusahaan terlebih di segmen sawit dan karet karena faktor harga CPO dan karet yang masih tertekan.
"Rata-rata harga penjualan CPO sampai dengan September 2019 turun 17% menjadi US$ 463/metrik ton (MT) sedangkan segmen karet harga rata-rata jualnya juga minus 5% menjadi US$ 1.536/MT," ujarnya saat ditemui Kontan.co.id di Menara Bakrie, Jumat (6/12).
Baca Juga: GIMNI: Tiga perusahaan sawit berminat menggunakan teknologi pengolah limbah sawit
Selain itu, Andi menjelaskan segmen karet ada sedikit penurunan karena tanaman yang ada sudah memasuki usia tua atau di atas 25 tahun. Meski demikian, Andi bilang produktivitas karet masih cukup baik.
Andi bilang untuk kebun karet masih dipikirkan opsi untuk mengganti tanaman lain yang lebih produktif. Rencananya UNSP akan mengkonversi menjadi sawit atau tebu.
Adapun segmen Oleokimia yang baru dijalankan Desember 2018 memberikan kontribusi kedua terbesar yakni Rp 457 miliar. Adapun kalau dibandingkan kuartal sebelumnya di tahun yang sama, penjualan oleokimia tumbuh 47,4% dari sebelumnya Rp 310,47 miliar.
Baca Juga: Hindari saham berpotensi delisting, perhatikan notasi khusus dari BEI
Andi menjelaskan lebih lanjut, prospek bisnis oleokimia di 2020 akan lebih baik, bahkan komposisinya bisa 50% dari pendapatan konsolidasi perusahaan. "Di 2020 kami akan memaksimalkan utilisasi pabrik hingga 100% sehingga bisa memproduksi oleokimia sebanyak 9.000 ton per bulan," jelasnya.
Asal tahu saja hingga saat ini penyerap produk Oleokimia UNSP adalah Procter & Gamble Company (P&G) International yang turut mendukung penjualan ekspor perusahaan.
Kalau dilihat segmen geografisnya, penjualan perusahaan memang masih didominasi lokal. Meski demikian, penjualan domestik malah turun 8% menjadi Rp 879,13 miliar dari sebelumnya Rp 956,99 miliar di kuartal III 2018. Justru penjualan ekspor terkerek hingga 366% menjadi Rp 541 miliar.
Baca Juga: Tiga Pilar Sejahtera (AISA) dan 49 emiten lainnya masuk notasi saham khusus dari BEI
Andi bilang ekspor perusahaan mampu tumbuh signfiikan karena adanya kontribusi dari penjualan karet dan produk downstream baru yakni oleokimia. Lewat P&G, oleokimia UNSP bisa diekspor ke Amerika, China, dan Eropa.
Adapun perihal target akhir tahun dan proyeksi di 2020, Andi belum bisa menjelaskan dengan gamblang. Andi yakin perusahaan mampu memperbaiki utang dan rugi bersih yang tercatat di tahun ini dengan memaksimalkan penjualan product mix atau oleokimia yang punya margin lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News