kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.902.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.450   167,00   1,00%
  • IDX 6.816   48,94   0,72%
  • KOMPAS100 985   6,24   0,64%
  • LQ45 763   1,83   0,24%
  • ISSI 216   1,39   0,64%
  • IDX30 397   1,52   0,38%
  • IDXHIDIV20 474   2,31   0,49%
  • IDX80 111   0,22   0,20%
  • IDXV30 115   -0,82   -0,71%
  • IDXQ30 130   0,67   0,52%

Pendapatan Indika Energy (INDY) Turun 13,7% di Kuartal I-2025


Minggu, 04 Mei 2025 / 09:49 WIB
Pendapatan Indika Energy (INDY) Turun 13,7% di Kuartal I-2025
ILUSTRASI. Sepanjang kuartal I-2025, Indika Energy (INDY) membukukan pendapatan US$ 489,6 juta, atau turun 13,7% YoY dari US$ 567,3 juta


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan investasi dengan portofolio bisnis terdiversifikasi, PT Indika Energy Tbk (INDY) telah merilis laporan keuangan konsolidasi untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2025. 

INDY mampu mencetak laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 2,9 juta pada kuartal I-2025. Menurunnya harga jual rata-rata batubara berpengaruh terhadap kinerja Indika Energy secara keseluruhan. 

Meski demikian, INDY terus melakukan diversifikasi usaha pada sektor non-batubara termasuk di sektor mineral, energi baru dan terbarukan, dan kendaraan listrik.

Sepanjang kuartal I-2025, INDY membukukan pendapatan US$ 489,6 juta, atau menurun 13,7% year on year (yoy) dari US$ 567,3 juta yang dicapai pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan pendapatan terutama disebabkan oleh penurunan kontribusi dari Kideco Jaya Agung karena penurunan harga jual rata-rata (ASP) dan Indika Indonesia Resources karena volume perdagangan yang lebih rendah. 

Baca Juga: Kerek Kinerja, Indika Energy (INDY) Andalkan Diversifikasi Bisnis

Pada kuartal I-2025, kontribusi pendapatan INDY dari sektor non-batubara adalah sebesar 18,0%, meningkat dibandingkan 8,5% pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan Kideco menurun sebesar 11,6% yoy menjadi US$ 400,1 juta pada kuartal I-2025. Hal ini disebabkan menurunnya harga jual rata-rata batubara sebesar 12,9% menjadi US$ 52,0 per ton pada kuartal I-2025 dengan volume penjualan sebesar 7,3 juta ton. 

Dari total volume penjualan tersebut, Kideco menjual 41% di antaranya untuk pasar domestik, melebihi Domestic Market Obligation (DMO) batubara yaitu sebesar 25%. Hal ini sejalan dengan dukungan Indika Energy terhadap ketahanan energi nasional.

Sementara itu volume penjualan batubara untuk pasar ekspor mencapai 59% dengan tujuan negara China, India, Korea Selatan, Jepang dan negara-negara lainnya.

Indika Indonesia Resources (IIR) juga mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 86,5% yoy menjadi US$ 9,3 juta pada kuartal I-2025. Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya pendapatan dari perdagangan batubara, dari US$ 33,7 juta (dengan volume 1,0 juta ton) pada kuartal I-2024 menjadi hanya US$ 5,6 juta (dengan volume 0,1 juta ton) pada kuartal I-2025. 

Kebijakan penggunaan Harga Batu Bara Acuan (HBA) sebagai acuan transaksi batubara yang dimulai pada 1 Maret 2025 juga berdampak pada penurunan kinerja Kideco dan IIR. 

 

Pada kuartal I-2025, pendapatan yang tersisa sebagian besar berasal dari aktivitas perdagangan non-batubara, khususnya bauksit dari Mekko Metal Mining. 

Walau begitu, anak-anak perusahaan INDY lainnya seperti Tripatra dan Interport mencatat kenaikan pendapatan. Tripatra mencatat kenaikan pendapatan sebesar 95,9% yoy menjadi US$ 61,8 juta pada kuartal I-2025 terutama didorong oleh proyek Posco (US$ 17,7 juta), proyek Akasia Bagus (US$ 14,3 juta), dan pabrik amonia milik Pupuk Kaltim (US$ 8,1 juta). 

Perusahaan logistik terintegrasi, Interport Mandiri Utama (Interport) mencatat kenaikan pendapatan sebesar 1,6% yoy menjadi US$ 28,0 juta pada kuartal I-2025 dari sebelumnya US$ 27,6 juta pada kuartal I-2024.

Pada kuartal I-2025, pendapatan Interport terdiri dari Cotrans sebesar US$ 17,1 juta dan KGTE (penyimpanan bahan bakar) sebesar US$ 7,6 juta, sementara sisanya berasal dari Interport Business Park (IBP) dan ILSS.

Sementara itu, INDY mencatat penurunan beban pokok kontrak dan penjualan (COGS) sebesar 10,1% yoy menjadi US$ 425,9 juta pada kuartal I-2025 dari sebelumnya US$ 473,8 juta pada kuartal I-2024.

Biaya tunai (cash cost) Kideco termasuk royalti yang menurun 9,2% yoy menjadi US$ 46,7 juta per ton pada kuartal I-2025 dibandingkan US$ 51,4 per ton pada kuartal I-2024, terutama disebabkan karena penurunan harga batubara yang berdampak pada lebih rendahnya beban royalti dan mengkompensasi sebagian peningkatan biaya bahan bakar sejak penerapan biodiesel B40 pada Januari 2025.

Baca Juga: Laba Indika Energy (INDY) Anjlok 91,57% Jadi US$ 10,08 Juta pada 2024, Ini Pemicunya

Beban penjualan, umum dan administrasi INDY juga menurun 23,5% yoy menjadi US$ 36,8 juta pada kuartal I-2025 dibandingkan dengan US$ 48,1 juta pada kuartal I-2024 yang disebabkan oleh penurunan beban penerimaan negara bukan pajak (PNBP) terkait Kideco, penurunan biaya pemasaran seiring dengan turunnya pendapatan Kideco, serta tidak adanya operasi MUTU sejak divestasi pada Februari 2024. 

Selain itu, biaya keuangan INDY menurun 11,3% yoy menjadi US$ 17,5 juta pada kuartal I-2025 yang disebabkan menurunnya total utang dan tingkat bunga.

Sebagai hasilnya, INDY membukukan laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 2,9 juta pada kuartal I-2025, turun dari US$ 20,1 juta pada kuartal I-2024.

Sepanjang kuartal I-2025, INDY turut mengeluarkan dana sebesar US$ 18,5 juta untuk belanja modal atau capital expenditure (capex), di mana sebagian besar dialokasikan untuk proyek pertambangan emas senilai US$ 15,3 juta dan bisnis hijau US$ 1,3 juta.

Terdapat beberapa perkembangan terbaru INDY. Salah satunya pada 17 April 2025 peringkat kredit Indika Energy diturunkan oleh Fitch Ratings menjadi B+ dengan outlook stabil dari sebelumnya Ba3 dengan outlook stabil. 

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Indika Energy (INDY) yang Terdongkrak Proyek Emas Awak Mas

Selain itu, pada 11 April 2025, Pemerintah Indonesia menyetujui perubahan skema royalti untuk Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Berdasarkan PP No. 18 Tahun 2025 yang berlaku sejak 26 April 2025, batubara dikenakan tarif royalti maksimum 28% jika harga mencapai US$ 180 per ton atau lebih.

Direktur Utama Indika Energy M. Arsjad Rasjid P.M mengatakan, sepanjang kuartal I-2025 INDY secara konsisten menjaga produktivitas, mengoptimalkan kegiatan operasional, dan mendukung ketahanan energi nasional. 

“Hasil kinerja 3M 2025 mencerminkan tantangan yang dihadapi di sektor batubara, khususnya akibat harga jual yang menurun,” kata dia dalam keterangan resmi, Kamis (1/5).

INDY tetap berkomitmen pada strategi diversifikasi dengan terus meningkatkan investasi di sektor non-batubara, termasuk di sektor mineral, energi baru dan terbarukan, dan kendaraan listrik.

“Keputusan kami mengalokasikan 94% belanja modal untuk bisnis non-batubara mencerminkan arah strategis perusahaan menuju masa depan rendah karbon,” tandas dia.

Selanjutnya: Model Desain Interior Vegan: Sentuhan Minimalis untuk Rumah Ramah Lingkungan

Menarik Dibaca: Model Desain Interior Vegan: Sentuhan Minimalis untuk Rumah Ramah Lingkungan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×