Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Pertumbuhan pendapatan data yang terus meningkat membuat pendapatan dari interkoneksi para perusahaan telekomunikasi melandai. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) misalnya, pada kuartal III-2016 mencatatkan penurunan pendapatan interkoneksi sebesar 10,5% menjadi Rp 3,03 triliun dari Rp 3,39 triliun dikuartal III tahun lalu.
Interkoneksi hanya berkontribusi 3,5% dari total pendapatan Telkom yang sebear Rp 86,1 triliun. Biaya operasional juga menurun 25,4% menjadi Rp 2 triliun dari Rp 2,7 triliun di kuartal III-2016 year on year (yoy). Penurunan ini disebabkan rendahnya traffic sms yang tergerus aplikasi pesan instan yang berkembang saat ini.
VP Corporate Communication Telkomsel, Adita Irawati mengatakan, penundaan penurunan tarif interkoneksi hingga tiga bulan ini tentu tidak akan berefek apa-apa ke perusahaan karena harga belum berubah. Dengan tarif interkoneksi saat ini sebesar Rp 250, pendapatan dari interkoneksi juga sudah terus menurun seiring berkembangnya layanan data.
Jika tarif penurunan interkoneksi diberlakukan, maka beban peusahaan telekomunikasi makin berat. Adita beralasan, karena tarif interkoneksi ada di bawah cost recovery dalam membangun jaringan. Artinya, Ketika operator lain menggunakan jaringan Telkomsel, maka Telkomsel menerima pembayaran biaya interkoneksi di bawah biaya yang sudah dikeluarkan untuk pembangunan jaringan.
Sebagai informasi, Grup Telkom memiliki jaringan paling luas dengan BTS mencapai 124.097 menara dibanding emiten lain seperti XL yang memiliki 78.725 menara.
Sementara, VP Corporate Communication Telkom Group Arief Prabowo menjelaskan, pendapatan interkoneksi dipengaruhi oleh trafik ke oprator lain dan berbanding lurus dengan biaya interkoneksi yang harus dibayar ke operator lain. Jika biaya interkoneksi turun maka beban interkoneksi akan turun juga. "Penundaan ini pengaruh ke kepada keuangan perusahaan," kata Arief, Minggu (11/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News