Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI) membukukan kenaikan pendapatan sebesar 9% year on year (yoy) pada kuartal I tahun ini. Kendati demikian laba PSSI justru anjlok 50,22% yoy.
Kenaikanpendapatan ini sebenarnya mendongkrak pendapatan PSSI pada kuartal pertama tahun 2020 menjadi US$ 19,3 juta. Naik dibandingkan periode yang sama ditahun sebelumnya pendapatan PSSI tercatat sebesar US$ 17,6 juta.
Corporate Secretary Pelita Samudera Shipping, Imelda Agustina Kiagoes, menuturkan, keberhasilan menorehkan hasil positif sisi pendapatan merupakan hasil dari strategi ekspansi armada di 2019.
Baca Juga: Pendapatan tumbuh, laba Pelita Samudera (PSSI) anjlok 50,22% di kuartal I-2020
"Kontribusi kenaikan Pendapatan terbesar dari segmen Bulk Carrier (MV) dengan kenaikan volume sebesar 80% dan tariff angkutan rata-rata yang lebih tinggi sebesar US$ 2,6 per metrik ton di kuartal I 2020 dibandingkan US$ 2,2 per metrik ton pada kuartal I 2019," jelas Imelda dikutip dari keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Rabu (3/6).
Imelda melanjutkan, sejauh ini empat unit MV yang dibeli pada 2019 lalu juga telah beroperasi penuh di 2020.
Adapun, total pendapatan sewa berjangka naik signifikan sebesar 487% menjadi US$ 2,9 juta di kuartal I tahun ini. Pada periode yang sama ditahun sebelumnya tercatat sebesar US$ 495 ribu.
Total volume dari segmen Floating Loading Facility (FLF), Kapal Tunda dan Tongkang (TNB) dan MV di kuartal I 2020 mencapai 7,5 juta metrik ton.
Kenaikan juga terjadi pada laba bruto yang terdongkrak 12% yoy menjadi US$ 4,4juta dari US$ 3,9 juta pada periode sama ditahun sebelumnya.
Baca Juga: Masih finalisasi hasil revisi capex dan target bisnis, ini kata analis soal UNTR
Kendati demikian, PSSI harus mencatatkan penurunan pada laba bersih. Dalam laporan keuangan perusahaan, laba yang dapat diatribusikan ke entitas induk tercatat sebesar US$ 1,09 juta atau turun 50,22% yoy.
Pada kuartal I tahun lalu, PSSI sukses mencetak laba US$ 2,19 juta.
"Dimana terdapat kerugian selisih kurs yang belum direalisasi sebesar US$ 641.000 akibat depresiasi mata uang rupiah, serta kerugian instrument derivative yang belum direalisasi sebesar US$ 567 ribu," jelas Imelda.