Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
Lebih rinci, di samping mampu memperbaiki pH (tingkat keasaman) tanah dan insektisida, FABA mampu memperbaiki tekstur tanah, aerasi, perkolasi dan kemampuan menahan air (WHC) di area kelola, menurunkan bulk density (kapadatan) tanah, dan konsumsi material amelioran tanah lainnya.
Kelebihan lainnya, FABA mengandung hampir semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman kecuali unsur C (karbon) dan N (nitrogen), menurunkan mobilitas dan ketersediaan logam dalam tanah karena fly ash yang basa dan mengandung AI dan Fe sebagai sumber kation polivalen.
Simpulan di atas didapat setelah Pulitbang tekMIRA dan institusi lainnya melakukan beberapa uji coba dengan menggunakan fly ash PLTU Kalimantan sejak tahun 2006 dan 2018 yang diaplikasikan pada tanah tailing sisa pengelolaan tembaga dan tanah tambang di Sumatera (2010).
Sementara itu, untuk memanfaatkan hasil buttom ash PLTU Jawa diterapkan pada tanah perkebunan (2009 dan 2014), tanah terdegradasi (2017) dan tanah masam (2016).
Baca Juga: Bulan Ini Bakal Terbit Payung Hukum, Komersialisasi Abu Batubara FABA Terbuka Lebar
"Sementara metode fly ash batubara, fly ash biomass dan campuran keduanya dilakukan oleh Subiksa pada tahun 2020 yang berhasil meningkatkan pH di tanah gambut," jelasnya dalam keterangan resmi Kementerian ESDM, Senin (5/4).
Wulandari menegaskan, hasil penelitian menujukkan potensi FABA sebagai pembenah tanah merupakan salah satu bukti FABA layak dipandang sebagai sumber daya yang menyimpan potensi dalam memperbaiki lahan non produktif.
"Meski begitu harus ada penelitian yang lebih spesifik mengingat kualitasnya tidak sama sehingga butuh karakterisasi sendiri disesuaikan dengan kebutuhan lahan yang dikelola," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News