Reporter: Venny Suryanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat properti ungkap sejumlah faktor pendorong backlog perumahan yang semakin tinggi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan sekitar 270 juta penduduk Indonesia, terdapat backlog perumahan nasional di Indonesia 11,4 juta yang sangat besar dan cenderung bertambah setiap tahun.
Adapun salah satu faktor pendukung kebutuhan rumah yang sangat besar terutama didorong oleh banyaknya angka pernikahan baru dan para kaum milenial yang sudah memasuki angkatan kerja. Namun di sisi lain, kemampuan pasokan perumahan tidak dapat mengikuti kecepatan pertumbuhan permintaan akan perumahan yang layak.
Pengamat Properti atau Managing Partner of Strategic Advisory Coldwell Banker Tommy H Bastami mengatakan backlog di sektor perumahan ini memang sudah terjadi sejak lama. Menurutnya gap yang terjadi antara pemenuhan kebutuhan rumah tidak semata-mata karena faktor supply dan demand saja, tetapi juga mengenai affordability dari masyarakat secara umum dalam memiliki hunian rumah.
“Selain pertumbuhan kebutuhan yang lebih tinggi dibanding pasokan yang bisa disediakan, perlu menjadi perhatian juga sumber pendanaan bagi masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hunian tersebut,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (1/2).
Baca Juga: Backlog Perumahan Semakin Tinggi, Ini Kata Manajemen Metropolitan Land (MTLA)
Tommy menambahkan, saat ini banyak masyarakat yang bermaksud memiliki tempat tinggal namun mereka tidak punya akses ke sumber pembiayaan perbankan karena mereka tidak bankable. Sehingga sumber pembiayaan lain di luar perbankan yang dapat memberikan pendanaan bagi masyarakat seperti ini perlu lebih digalakan lagi.
Sementara dari sisi pasokan, dia bilang saat ini tidak mudah bagi pengembang untuk dapat memperoleh tanah murah di perkotaan yang dapat dikembangkan untuk pembangunan rumah sangat sederhana yang ditujukan untuk mengurangi backlog yang ada.
“Oleh karena itu perlu ada insentif juga bagi pengembang yang akan membangun perumahan sangat sederhana, sehingga pembangunan tersebut selain dapat mengurangi backlog tetapi juga layak secara bisnis bagi pengembang,” tambah dia.
Dia mengatakan pemenuhan backlog ini dapat diatasi dengan penyediaan rumah di kelas menengah bawah sampai bawah. Sebab permintaan besar untuk perumahan terutama berada di kelas tersebut.
Baca Juga: BTN dan Santri Developer Bersinergi Kurangi Backlog Perumahan
“Untuk dapat memenuhi pasokan perumahan di kelas tersebut, maka pengembang harus jeli dalam memasok material dan faktor produksi yang biayanya terjangkau sehingga menjadi layak secara finansial. Oleh karena itu akses langsung dari pengembang ke produsen dapat membuat biaya produksi lebih efisien,” jelasnya.
Di samping itu, yang menjadi kendala bagi pemenuhan backlog perumahan adalah sumber pendanaan bagi pembeli dan pengembang di sektor perumahan kelas menengah bawah dan bawah.
Baca Juga: Investor Asing Semakin Serius Merambah Bisnis Properti di Indonesia
Menurutnya, akses pendanaan bagi pembeli perlu diperluas dan tidak hanya mengandalkan pada sektor perbankan, lantaran banyak dari calon pembeli yang walaupun memiliki kemampuan untuk menyicil, tapi tidak bankable karena berbagai hal, seperti misalnya mereka hanya bekerja di sektor informal.
“Begitu juga dari sisi pasokan, sumber pendanaan yg lebih terjangkau bagi pengembang dalam membangun perumahan kelas bawah, tentunya akan memberikan kemudahan bagi pengembang, sekaligus dapat memperbanyak ketersediaan pasokan perumahan,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News