kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pengamat proyeksikan panen raya akan mundur pada April 2019


Jumat, 11 Januari 2019 / 18:30 WIB
Pengamat proyeksikan panen raya akan mundur pada April 2019


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Kementerian Pertanian (Kemtan) memberikan prognosa panen padi pada periode tiga bulan pertama 2019 di total 10,12 juta ton dan puncak panen raya di bulan Februari. 

Pengamat pertanian Khudori menilai potensi panen dan produksi tersebut bisa saja tercapai. Namun ia memperkirakan justru puncak panen bakal terjadi di April karena efek mundurnya hujan dan bulan Maret atau pun Februari.

Mengutip data yang diberikan Kemtan, kinerja pada periode tiga bulan ini berasal dari panen padi pada Januari 2019 seluas 781.844 hektar dengan potensi produksi beras sebesar 2,256 juta ton beras.

Bulan Februari dengan luas panen 1,72 juta hektar diperkirakan dapat menghasilkan 5,26 juta ton beras. Kemudian pada Maret dengan luas panen 842.427 hektar dapat menghasilkan 2,61 juta ton beras.

"Jika mengikuti pola produksi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) dan Wakil Presiden pada 22 oktober lalu, panen Januari hingga Maret kira-kira 8,5 juta ton  hingga 9 juta ton," kata Khudori saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (11/1).

Namun berbeda dengan perkiraan Kemtan yang melihat puncak panen bisa di Februari, Khudori mengacu data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, (BMKG) dan angka curah hujan tahun lalu yang mundur sekitar 25 hari. "Artinya tahun ini puncak panen kemungkinan baru April," jelasnya.

Akibatnya, defisit beras bisa terjadi pada periode Januari dan Februari sedangkan panen dan surplus kecil baru terjadi di Maret dan memuncak di bulan ke empat.

Tapi bila angka produksi memang tepat sesuai prognosa Kemtan, maka konsumsi beras nasional bakal aman. Pasalnya kebutuhan beras umumnya mencapai 2,5 juta ton per bulan. Sehingga di atas kertas, angka produksi pada tiga bulan pertama tersebut sudah mencukupi.

Namun bila benar terjadi keadaan defisit, harga beras kemungkinan besar bakal naik. "Jika harga terus naik, tentu pemerintah mesti siap-siap," jelasnya.

Tapi untungnya sudah ada langkah pengamanan dari Perum Bulog yang memiliki stok beras yang aman dan juga memiliki penugasan langsung dari pemerintah untuk kendalikan harga dengan gelontorkan stoknya ke pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×