Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
Dorong eksplorasi hulu
Dari sisi hulu pertambangan, Febriany menilai perlu ada sejumlah dukungan dari pemerintah.
"Dari sisi kami pemerintah mungkin bisa bantu dukungan untuk beri insentif. Kalau bisa dibedakan, tidak semua investor sama. (Untuk) investor yang punya misi keberlanjutan, sudah memiliki track record serta punya komitmen diberikan insentif yang lebih," kata Febriany.
Febriany menambahkan, dukungan juga diharapkan pada aspek perizinan. Dirinya mengakui sejumlah upaya memang telah dilakukan pemerintah, kendati demikian dalam praktiknya proses perizinan masih kerap jadi kendala. "ini semua jika dilakukan akan mengubah persepsi mengenai pertambangan nikel dan Indonesia secara khusus," jelas Febriany.
Direktur Jenderal Minerba Ridwan Djamaluddin mengatakan, industri minerba kini tengah menuju arah yang sama, yakni berupaya untuk menjadi industri energi yang bersih dan ramah lingkungan.
"Artinya, ketika kita bicara mengenai mineral untuk energi bersih, itu adalah sebuah langkah yang sejalan dengan upaya kita untuk menghasilkan energi yang baru dari yang selama ini digunakan sebagai bahan baku energi," tutur Ridwan pada Webinar Seri "Mineral for Renewable Energy - Green/Clean Energy" Selasa malam (14/9).
Baca Juga: Pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik Hyundai - LG di Karawang resmi dimulai
Mineral-mineral tersebut, tambah Ridwan, nantinya akan digunakan dalam banyak komponen dan industri, di antaranya untuk infrastruktur, transportasi publik, industri baterai, serta membangun infrastruktur energi baru dan terbarukan lainnya. Maka dari itu, diperlukan eksplorasi masif di tengah tantangan geografis yang dimiliki Indonesia.
"Kita akan mendorong eksplorasi yang lebih masif untuk mendapatkan sumber-sumber bahan baku yang lebih baik, yang secara teoritik ada di Indonesia. Namun tantangan kita, sebagaimana saat kita mengekplorasi sumber-sumber mineral yang lain, dengan konfigurasi geologi di Indonesia, eksplorasi kita tidak bisa sepenuhnya meniru apa yang dilakukan oleh negara lain, sehingga kita belum melakukan pendalaman yang sesuai dengan konfigurasi Indonesia," jelasnya.
Saat ini Indonesia telah memiliki jenis-jenis mineral kritis dan Logam Tanah Jarang yang berpotensi untuk dikembangkan. Telah banyak diskusi dan diskursus yang dilakukan untuk mendorong pemanfaatan mineral-mineral kritis ini.
"Hingga saat ini secara spesifik pemerintah belum memiliki rencana yang sangat khusus, termasuk regulasi pengembangan LTJ. Diskusi ini adalah untuk menyusun kerangka kerja besar itu, baik dalam konteks teknis maupun penyusunan regulasi. Sehingga niat kita untuk mengubah paradigma industri pertambangan yang dikesankan tidak ramah lingkungan, menjadi industri yang ramah lingkungan, termasuk dalam konteks menghasilkan energi bersih. Kita sudah yakin pada konsep yang sudah berkembang, namun kita perlu menyusun kerangka kerja implementasi yang lebih nyata," ujar Ridwan.
Selanjutnya: Groundbreaking pabrik baterai, Jokowi: Era kejayaan komoditas bahan mentah berakhir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News