Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PT PRPP) memastikan pengerjaan Front End Engineering Design (FEED) Kilang Grass Root Refinery (GRR) Tuban mencapai 8,96% pada akhir Juni 2021.
Presiden Direktur PT PRPP Kadek Ambara Jaya mengungkapkan raihan ini lebih tinggi dari target yang dicanangkan sebesar 3,53%.
Selain itu, PT PRPP telah memulai penggarapan desain rinci bersama Spanish Tecnicas Reunidas SA (Tecnicas Reunidas). Kick-off meeting untuk membahas desain rinci (Front End Engineering Design/FEED) diselenggarakan secara daring pada April lalu bersama Tecnicas Reunidas, menyusul telah tuntasnya desain dasar (Basic Engineering Design/BED) pada awal tahun 2021.
Baca Juga: Pertamina lanjutkan proses pembayaran ganti rugi kilang balongan tahap kedua
Tecnicas Reunidas merupakan konsultan pelaksanaan kegiatan desain umum (General Engineering Design/GED). Dalam tahapan FEED, Tecnicas Reunidas mendapatkan kepercayaan untuk mengembangkan desain open-art units, sistem off-site dan utilities, pengawasan dan integrasi desain secara keseluruhan, termasuk data desain dari licensor (pihak pemberi lisensi).
“FEED ini merupakan salah satu milestone penting dalam proyek pembangunan kilang GRR Tuban. Dari FEED ini, diharapkan didapatkan gambaran secara spesifik terhadap peralatan kilang dan infrastruktur yang akan dibangun di kilang GRR Tuban,” ungkap Kadek dalam keterangan resmi, Rabu (30/6).
Progres lainnya adalah terkait aktivitas fisik pekerjaan Land Clearing Tahap 3, yang pada pertengahan Juni ini telah mencapai realisasi sekitar 35% dari target di angka 28%, lanjut Kadek.
Kilang GRR Tuban nantinya dikembangkan dan dikelola oleh PT PRPP, sebagai perusahaan joint venture antara perusahaan minyak dan gas bumi Indonesia PT Pertamina (Persero) dengan Rosneft Singapore Pte Ltd yang merupakan afiliasi perusahaan migas Rosneft asal Rusia.
Baca Juga: Lanjutkan proyek GRR Tuban, Pertamina Rosneft memulai proses desain rinci
Proyek kilang ini diharapkan rampung pada tahun 2027 dan dapat menjadi jawaban atas isu pemenuhan energi nasional.
Apabila tidak ada pembangunan kilang baru, maka impor BBM Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 0,53 juta barel per hari (bph) menjadi 1 juta bph atau setara dengan 68% kebutuhan energi nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News