kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Penghapusan BM Ke Australia Hanya Sedikit Membantu


Kamis, 26 Februari 2009 / 09:16 WIB


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Dalam perjanjian bebas bea masuk ke Australia dan Selandia Baru, ada lima produk Indonesia yang tidak akan terkena bea masuk ke Australia. Yakni, mebel, kertas, nikel, sepatu, dan tekstil. Lantas, seberapa besar peluang ekspor Indonesia ke dua negara tersebut setelah ada perjanjian baru tersebut?

Pengusaha sepatu menanggapi dingin beleid penghapusan bea masuk ke Australia tersebut. Sebab, selama ini konsumen Australia sudah sangat meminati produk sepatu Indonesia, karena berkualitas baik. Persaingan sepatu asal Indonesia juga sangat baik di pasar Australia. "Kebijakan itu memang membantu, tapi tidak terlalu signifikan," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Singgih Witarsa, Rabu (25/2).

Selama ini, ekspor sepatu ke Australia rata-rata US$ 24 juta per tahun. Pada tahun 2008 lalu, jumlahnya menurun menjadi US$ 20 juta. Singgih menilai, keuntungan kerjasama dengan Australia hanya sedikit memacu kinerja ekspor tahun ini. "Masalahnya, pesanan sepatu dari Australia menurun, tetapi adanya penghapusan BM itu, kita jadi tidak rugi-rugi amat," ujar Singgih.

Ketua umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Muhammad Mansyur menyatakan, kerjasama tersebut memang bisa sedikit membantu kinerja ekspor kertas ke Australia. Penghapusan bea masuk bisa menekan ongkos produksi. "Kalau dulu kan mesti bayar, sekarang tidak. Jadi, kami jadi lebih mudah masuk ke pasar Australia dengan harga bersaing," katanya. Selama ini, ekspor kertas Indonesia ke Australia mencapai US$ 150 juta per tahun.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Perdagangan Muchtar bilang, proyeksi pertumbuhan ekspor ke Australia bisa mencapai 5% per tahun. Angka ini sangat signifikan. Soalnya, "Selama ini, untuk menembus pasar Australia tidak mudah karena Australia menerapkan standar yang ketat soal kualitas," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×