Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
“Silica itu dari 35% sampai 60% bahkan kandungannya ya. Itu bagus makanya dipakai untuk remediasi untuk pupuk tanaman dan sebagainya. Kedua adalah alumina dan yang berikutnya lagi magnesium, ini bagus untuk tanaman. Ya magnesium, kemudian kalsium, yang sedikit-sedikit lagi besi, ya besi oksida tanah kita kan itu besi oksida. Dan yang kecil-kecil lagi ada malah fosfor, ada kalium, dan natrium, itu bagus untuk tanaman,” katanya.
Akademisi sekaligus Peneliti FABA dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Januarti Jaya Ekaputri mengatakan, penghapusan FABA dari B3 merupakan hadiah bagi Bangsa Indonesia, yang seharusnya dilakukan puluhan tahun lalu.
Januarty menyebut, pihak berbahagia atas peraturan ini adalah orang yang betul-betul mendudukkan, bahwa bahan tidak beracun memang tidak beracun. Bahan berbahaya, menurutnya, belum tentu beracun.
Baca Juga: Pelaku usaha sambut positif penghapusan abu batubara dari limbah B3
“Ini adalah hadiah terbesar buat Indonesia. Saya melihat dari kacamata bangsa dan negara ini, dari sisi infrastruktur. Dari sisi infrastruktur pembangunan jalan massif banget, kalau ini (FABA) bisa dimanfaatkan, alangkah hebatnya Indonesia,” jelas Januarty yang telah memetakan fly ash di seluruh Indonesia, di bawah koordinasi PLN, sehingga mengetahui sifat dan karakteristik FABA serta uji racunnya.
Januarty mengungkapkan, FABA juga bisa menjadi pengurang semen. "Fly ash bisa menggantikan semen maksimum 50 persen tinggal diatur kemampuan dan karakter masing-masing. Kita harus berpikir lingkungan, bahwa ada alternatif lain, pengganti kapur sebagai bahan semen 100 persen. Bisa dijadikan bahan antibakar, sehingga bangunan tidak mudah terbakar, dan antikorosi, yang akan menimbulkan inovasi sebagai baru, seperti break water. FABA dalam jumlah banyak sebagai pelindung pantai di Indonesia," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News