kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penghentian Siaran TV Analog Dinilai Bisa Menekan Emiten Televisi


Minggu, 06 November 2022 / 22:45 WIB
Penghentian Siaran TV Analog Dinilai Bisa Menekan Emiten Televisi


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten dengan lini usaha penyiaran televisi dibayangi dampak penghentian  siaran TV analog atawa analog switch off (ASO). Pengamat pasar modal, Teguh Hidayat mengatakan, kebijakan tersebut berpotensi menekan jumlah pemirsa yang dimiliki stasiun televisi alias audience share serta pemasukan iklan dalam siaran televisi.

Hal ini lantaran masih banyaknya masyarakat di pedesaan yang belum bisa mengakses konten televisi digital.

“Orang di pedesaan itu masih menonton televisi dan televisi mereka rata-rata masih belum televisi yang bisa menerima siaran digital,” ujar Teguh saat dihubungi Kontan.co.id (6/11).

Sejalan dengan ucapan Teguh, kepemilikan perangkat penerima siaran digital seperti set top box (STB) memang belum merata. Dalam wawancaranya dengan Kontan.co.id sebelumnya, Sekretaris Jenderal Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATSVI), Gilang Iskandar mengatakan bahwa tingkat kepemilikan pesawat dan/atau perangkat penerima siaran digital seperti STB di masyarakat masih jauh bila dibandingkan dengan  kepemilikan TV analog. 

Baca Juga: Sharp Catatkan Kenaikan Penjualan STB hingga Lima Kali Lipat

Di sisi lain, program pembagian STBB secara gratis pun menurut Gilang masih belum cukup lantaran sasarannya terbatas pada rumah tangga miskin (rutakin) yang jumlahnya hanya sepersekian persen dari total populasi pemirsa.

“Di luar itu adalah jumlah yang lebih besar populasinya yang belum semua memiliki pesawat TV dan atau/perangkat penerima siaran digital,” terangnya. 

Menurut pandangan Teguh, imbas penghentian  siaran TV analog akan dirasakan secara merata oleh emiten-emiten  dengan lini usaha penyiaran televisi sehingga tidak akan mengubah pemetaan market share.

Meski begitu, menyoal urusan kinerja dan prospek ke depan, Teguh menjagokan saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) di antara saham-saham emiten penyiaran televisi yang ada.

Baca Juga: Kominfo: Migrasi Analog ke Digital Dapat Untungkan Industri Televisi Swasta

Ukuran market share SCMA dan MNCN yang besar menjadi salah pertimbangan Teguh dalam menjagokan kedua emiten. Pertimbangan lainnya ialah gencarnya upaya kedua emiten dalam memacu pendapatan di luar lini penyiaran televisi free-to-air (FTA) dalam beberapa tahun terakhir.

“Misalnya RCTI punya Youtube RCTI atau RCTI+, jadi orang masih bisa nonton RCTI tapi lewat handphone. Dan di daerah, meskipun katakanlah orang mungkin televisinya masih analog, harusnya sih mereka punya handphone, handphone murah sekalipun bisa (mengakses konten-konten tersebut),” ujar Teguh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×