Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Bauksit & Biji Besi Indonesia (APB3I) mengklaim, sampai tahun 2013, seluruh perusahaan tambang bauksit yang ada di Indonesia tidak pernah mengekspor mineral mentah (ore). Bauksit yang dieskpor selama ini adalah metallurgical grade bauxite (MGB), yaitu bauksit yang memenuhi kualitas minimum sebagai bahan baku untuk industri pemurnian menjadi alumina.
Keran ekspor bauksit sendiri sudah dihentikan pemerintah sejak Januari 2014 sampai perusahaan selesai membangun smelter. Ery Sofyan, Ketua APB3I menegaskan, selama ini pengusaha tambang bauksit sudah melakukan peningkatan nilai tambah seperti diamanatkan dalam UU N0. 4 Tahun 2009 maupun peraturan turunannya.
"MGB ini telah mengalami proses peningkatan nilai tambah (benefiasiasi) dari ore (mineral mentah) dimana sudah dipisahkan antara bauksit dengan pengotornya dan mengalami pengurangan volume hingga 50% dari ore," kata Ery dalam keterangan resmi, Jumat (2/10).
Peningkatan nilai tambah itu sejalan dengan pernyataan Prof. Syoni Soepriyanto PhD, pakar metalurgi ITB pada acara Workshop Retrospeksi Proses Benefiasiasi Bauksit, pada 3 September 2014 di Hotel Menara Peninsula.
Kala itu, Prof Syono menyatakan, proses pencucian dan screening yang selama ini dilakukan oleh penambang bauksit sudah merupakan proses benefisiasi dan produknya yang dikenal sebagai washed bauxite, atau di pasar komersial disebut sebagai MGB.
"Ini menegaskan bahwa penambang bauksit tidak pernah ekspor ore atau tanah air, melainkan ekspor MGB," tambah Ery.
Dengan memperhatikan ketersediaan cadangan dan sumber daya bauksit Indonesia yang mencapai 7,3 miliar ton, serta tindakan peningkatan nilai tambah yang sudah dilakukan penambang bauksit, seyogyanya pemerintah tidak perlu ragu membuka keran ekspor bauksit.
Menurut Ery, dalam kondisi perekonomian nasional saat ini, pembukaan keran ekspor bauksit oleh pemerintah dapat membangkitkan kembali usaha pertambangan bauksit yang sedang terpuruk dan juga dapat menambah penerimaan devisa.
Penetapan kuota produksi dan ekspor bauksit sebesar 40 - 50 juta ton/tahun dengan harga US$ 40/ton, akan memberikan kontribusi terhadap perbaikan perekonomian Indonesia yang saat ini sedang mengalami kelesuan,
Pembukaan keran ekspor MGG akan memberikan penerimaan devisa sebesar US$ 1,6 M – 2 M, serta pajak dan PNBP sebesar ± US$ 480 Juta. Ditambah membuka lapangan kerja bagi masyarakat sebanyak + 40.000 orang. "Serta menggerakkan kembali roda perekonomian daerah dan masyarakat di sekitar pertambangan," pungkas Ery.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News