Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Kebijakan pengurangan impor sapi bakalan dan juga pengurangan kuota impor daging oleh pemerintah berimbas langsung ke pengusaha. Salah satunya kepada PT Bina Mentari Tunggal, perusahaan produsen daging sapi.
Perusahaan yang punya produk daging sapi olahan merek KIBIF ini cuma memasang target produksi daging sapi tahun ini pada angka 700 ton per bulan, sama dengan produksi bulanan tahun lalu. Padahal, mestinya, dengan adanya pengurangan impor daging sapi, PT Bina bisa memproduksi daging lebih banyak tahun ini.
Juan Permata Adoe, Presiden Direktur PT Bina Mentari Tunggal menyayangkan dibatasinya impor sapi bakalan alias sapi hidup. Pembatasan ini pasti bakal menyulitkan para pengusaha daging dalam negeri. "Kami tengah mengupayakan kepada pemerintah supaya dapat menambah kuota impor sapi bakalan," katanya akhir pekan.
Menurut Juan , harapan pemerintah bahwa pengusaha daging yang mengalami kesulitan pasokan sapi impor bisa mengalihkan ke sapi lokal tidak bisa 100% berjalan karena produktivitas sapi lokal kalah jauh bila dibanding dengan sapi impor.
Perbandingannya adalah, kalau sapi bakalan impor, misalnya dari Australia bisa bertambah bobonyat dua kilogram (kg) per hari, maka sapi lokal cuma satu kilogram saja. "Inilah alasan kami supaya ada penambahan kuota sapi impor," tambahnya.
Belum ada data akurat
Juan pantas was-was. Pasalnya, selama ini, produksi Bina Mentari Tunggal hanya berada di kisaran 500 ton hingga 700 ton per bulan. Menurut pengusaha yang juga Ketua Komite Tetap Agribisnis Peternakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia ini, perusahaannya melakukan penggemukan sapi, baik dari bibit sampi lokal maupun impor.
Sekedar catatan saja, pemerintah menurunkan kuota impor daging sapi beku dari sekitar 90.000 ton tahun lalu menjadi hanya 34.000 ton. Untuk impor sapi bakalan, pemerintah membatasi impor sapi hidup dari 400.000 ekor tahun lalu menjadi 283.000 ekor untuk tahun 2012.
Meski ada pembatasan, Juan mengklaim bahwa harga sapi dan daging sapi di pasaran masih tetap stabil. "Kalau sekarang dibilang naik, ukurannya mana terus apa buktinya," ujar Juan.
Saat ini, menurut Juan, harga daging sapi di pasaran masih relatif stabil. Yakni kisaran Rp 26.500 - Rp 27.500 per kilo per ekor untuk sapi hidup. Sedangkan untuk daging sapi harga jualnya mencapai Rp 65.000 hingga Rp 75.000 per kilo.
Tersendatnya pasokan sapi bakalan lokal diakui Budi Agustomo Ketua Forum Peternak Sapi Jawa Timur. Menurutnya, sapi siap potong di Jawa Timur cenderung menurun dan jarang ditemukan di pasar sapi tradisional. "Berdasarkan pengamatan saya di beberapa pasar, sapi siap potong baik lokal maupun impor, jumlahnya tidak terlalu banyak saat ini," katanya.
Minimnya pasokan sapi siap potong ini, menurutnya, lantaran ada peningkatan permintaan daging sapi saat perayaan Natal dan Tahun Baru lalu serta perayaan Imlek baru-baru ini.
Budi memprediksi, saat ini jumlah sapi bakalan di Jawa Timur diproyeksikan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat hingga tiga bulan mendatang.
Persoalan yang kerap terjadi ini lantaran hingga saat ini belum ada angka pasti soal kebutuhan daging sapi secara nasional. Sehingga menyulitkan tak cuma dari pemerintah tapi juga dari peternak dan industri pengolahan sapi.
Nah, adanya rencana pemerintah mengundang tiga perusahaan asal Australia untuk berinvestasi di Indonesia sejatinya bisa menjadi solusi untuk pasokan daging nasional. Siapa tahu, peternak sapi lokal bisa dapat ilmu pengelolaan sapi dari mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News