Reporter: Mona Tobing | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pemerintah berencana meningkatkan penggunaan bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel secara bertahap dari 10% menjadi 20%. Namun tidak semua pengusaha gembira dengan rencana tersebut sebab belum tentu Pertamina mau membeli harga yang cocok dari pengusaha.
Derom Bangun, Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) mengatakan, tahun lalu selisih harga solar dan biodiesel membuat produsen biodisel memilih untuk menghentikan produksi. Padahal kapasitas pabrik produsen biodisel maksimal beroperasi sementara harga beli Pertamina begitu rendah. Alhasil, pendapatan tidak menutup ongkos produksi perusahaan.
Memang, pemerintah telah berkomitmen untuk memberikan subdisi BBN jenis biodiesel disetujui Rp 4.000 per liter dan bioethanol Rp 3.000 per liter. Namun, menurut Derom komitmen tersebut belum merinci jelas berapa subsidi yang diberikan setiap bulan.
"Mandatori ini seperti tidak bergigi karena tidak ada pinalti bagi yang tidak melaksanakannya," ujar Derom pada Selasa (17/3).
Meski begitu, Derom menyebut produksi biodisel dalam negeri dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Apalagi semenjak tahun 2013 Eropa tidak lagi membeli biodiesel dari Indonesia seebsar 1,7 juta ton karena penolakan anti dumping.
Produksi biodisel dalam negeri tahun ini diperkirakan mencapai 2 juta ton atau sama dengan produksi tahun lalu. Pemakaian biodisel dalam negeri diperkirakan sebesar 1,1 juta ton dan ekspor sebesar 0,8 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News