kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengusaha perhutanan sudah siapkan strategi pasca covid-19, apa saja itu?


Rabu, 20 Mei 2020 / 13:59 WIB
Pengusaha perhutanan sudah siapkan strategi pasca covid-19, apa saja itu?
ILUSTRASI. Pekerja menata potongan kayu Sengon atau Albasia di depo penampungan kayu Desa Kalibanger, Gemawang, Temanggung, Jawa Tengah, jumat (4/1/2019). Kayu Sengon yang telah dipotong kemudian dijual ke pabrik kayu lapis dengan harga Rp300 ribu - Rp950 ribu per m


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) dan Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI) mengusulkan sejumlah langkah-langkah untuk penanganan pasca-Covid-19 untuk meningkatkan gairah industri kayu dalam negeri.

Indroyono Soesilo , Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) yang juga menjadi  Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan  Indonesia (FKMPI) menyatakan bakal berdialog secara intens terkait strategi peningkatan ekspor bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta KBRI di negara-negara tujuan utama ekspor kayu olahan Indonesia.

"Adapun sebagai langkah awal, dialog telah dilaksanakan dengan KBRI di Seoul dan Tokyo," jelasnya dalam keterangan tertulis, Senin (18/5). 

Baca Juga: Sepanjang 2020, Kementerian LHK kawal sidang enam gugatan perusakan lingkungan

Indroyono memaparkan sejumlah langkah-langkah untuk penanganan pasca-Corona yakni perluasan penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu  (SVLK) di tingkat global, penguatan market intelligence produk kayu olahan Indonesia dan pertemuan bisnis dan misi dagang ke  sentra industri pengolahan kayu serta pemanfaatan Indonesia Timber Exchange (ITX)

Duta Besar RI untuk Korea, Umar Hadi, menyambut baik usulan  FKMPI untuk penguatan ekspor produk kayu olahan Indonesia ke Korea pasca Covid-19.

“ Indonesia saat ini menjadi mitra utama perdagangan kayu olahan dengan Korea, dengan tren ekspor yang terus meningkat dan saat ini  berada di posisi ke-3 setelah Vietnam dan China,” jelas  Umar. 

Hadi menambahkan, potensi perluasan produk kayu olahan Indonesia yang berbasis SVLK  ke Korea sangat terbuka lebar, terlebih sejak Oktober 2018 Korea sudah memberlakukan undang-undang mengenai Sustainable Use of Timber. 

Di samping itu, Korea adalah negara yang 70 % dari aktivitas perekonomiannya tergantung dari perdagangan internasional.

“Panel kayu masih menjadi produk  ekspor utama Indonesia dan dengan adanya rencana  pemberlakuan antidumping  untuk produk panel dari Vietnam ke Korea, tentunya ini menjadi peluang bagi Indonesia memperluas pangsa pasar produk panel. Selain itu, diversifikasi produk seperti smart furniture yang ramah lingkungan dengan kualitas dan desain yang menarik akan meningkatkan daya saing  untuk penetrasi ke pasar Korea ,” ungkap Hadi. 

Ditambahkannya,  salah satu strategi yang perlu didorong yiatu penguatan promosi melalui platform digital, karena dengan pandemi Covid-19 ini, konsumen banyak beralih ke home shopping dan internet channels. ITX yang diusulkan FKMPI akan menjadi pilihan menarik bagi konsumen di Korea.  

Hal senada diungkapkan oleh Deputy Chief Mission ( DCM) KBRI Tokyo, Tri Purnajaya, bahwa penanganan pasca Covid-19 perlu segera dirancang untuk pemulihan kinerja ekspor kayu olahan Indonesia.

"Indonesia menjadi pemain penting  dalam ekspor produk kayu olahan ke Jepang, dengan produk utama panel dan kertas," jelas Tri.

Adapun dengan kondisi Covid-19 yang sudah mulai terkendali di Jepang, perlu disiapkan  langkah-langkah riil untuk mendongkrak ekspor produk  unggulan Indonesia tersebut.

Baca Juga: Tingkatkan kompetensi petani, Kementerian LHK gelar e-learning perhutanan sosial

Khusus untuk produk panel,  kata Tri, dalam beberapa tahun terakhir , industri panel di Jepang telah melakukan pengalihan bahan baku dari kayu tropis berdaun lebar ke kayu-kayu domestik yang banyak tumbuh di Jepang.

"Salah satu  strateginya, Indonesia perlu berinovasi dalam  memproduksi panel untuk kebutuhan khusus di Jepang, agar dapat berkompetensi dengan panel yang diproduksi dengan bahan baku domestik Jepang ,” jelas Tri.

Pemerintah dan masyarakat Jepang, kata Tri,  sangat peduli dengan produk-produk yang ramah lingkungan.

“Pemerintah Jepang telah menerapkan Clean Wood Act mulai tahun 2018,  yang menetapkan pengaturan bahwa kayu-kayu yang masuk ke Jepang harus memiliki kejelasan sumber dan legalitas. Karena itu, produk berbasis SVLK  dari Indonesia  sangat berpeluang diperluas pemasarannya di Jepang ,” pungkas Tri Purnajaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×