kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.936.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.395   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.907   -61,50   -0,88%
  • KOMPAS100 997   -14,27   -1,41%
  • LQ45 765   -9,88   -1,28%
  • ISSI 225   -2,18   -0,96%
  • IDX30 397   -4,54   -1,13%
  • IDXHIDIV20 466   -5,69   -1,21%
  • IDX80 112   -1,62   -1,42%
  • IDXV30 115   -1,15   -0,99%
  • IDXQ30 128   -1,29   -0,99%

Pengusaha Peternakan Sapi Potong Dukung Keputusan Pemerintah Hapus Kuota Impor Sapi


Jumat, 20 Juni 2025 / 17:31 WIB
Pengusaha Peternakan Sapi Potong Dukung Keputusan Pemerintah Hapus Kuota Impor Sapi
ILUSTRASI. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/kye/17. Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) buka suara terkait penghapusan kuota impor sapi hidup.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memutuskan untuk membuka lebar impor sapi hidup dan menghapuskan kuota. Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) turut mendukung keputusan ini.

Direktur Eksekutif Gapuspindo Djoni Liano, menyampaikan jika dihapusnya pembatasan impor sapi hidup dapat turut mengurangi defisit di dalam negeri. Karena, dengan mendatangkan banyak sapi hidup impor ke dalam negeri, bisa makin memberdayakan sumber daya, petani, maupun feedlotter lokal.

Selain itu, keputusan ini juga bisa turut serta menyerap tenaga kerja relatif banyak. Ia memperkirakan setiap 1.000 ekor sapi bisa menyerap 33 tenaga kerja.

"Saya mendukung kebijakan Pak Menko Pangan memprioritaskan impor sapi bakalan hidup untuk mengisi defisit," ujar Djoni kepada Kontan, Jumat (20/6).

Baca Juga: Pemerintah Tak Lagi Batasi Jumlah Impor Sapi, Ini Respon Estika Tata Tiara (BEEF)

"Karena pemerintah memahami bahwa impor sapi bakalan adalah importir produsen bukan trading. Artinya sapi yang diimpor digemukan selama dua sampai tiga bulan dengan memanfaatkan sumber daya lokal seperti pakan hijauan yang bekerjasama dengan petani sekitar, feedlotter, dan menyerap tenaga kerja relatif banyak," tambahnya.

Ada pun, dia menjelaskan bahwa tahun lalu, impor sapi bakalan di Indonesia mencapai 700 ribu ekor. Sapi-sapi hidup tersebut diserap oleh 42 perusahaan industri penggemukan sapi yang tersebar di Sumtera dan Jawa.

Dia juga menyampaikan bahwa pemerintah telah menghitung prognosa supply dan demand tahun 2025. Dari perhitungan tersebut, dibutuhkan daging sapi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi reguler masyarakat dan kebutuhan MBG sebesar 836 ribu ton. Sedangkan, produksi lokal hanya memenuhi 45%-nya.

"Untuk memenuhi konsumsi reguler masyarakat plus kebutuhan MBG (Makan Bergizi Gratis), (kebutuhan daging sapi) sebesar 836 ribu ton. Produksi lokal hanya mampu menyediakan 45% atau sekitar 380 ribu ton. Artinya defisit 55% atau 456 ribu ton," jelasnya.

Kondisi inilah yang dinilainya bahwa impor sapi hidup bakalan bisa berpotensi memberikan banyak multiply impact atau nilai tambah yang sekaligus mendongkrak perekonomian pedesaan serta penciptaan lapangan pekerjaan.

Terakhir, ia menjelaskan bahwa usaha penggemukan sapi adalah usaha kompetitif, serta aspek kualitas produk yang dihasilkan akan menentukan pasar. Sehingga, ia menyebut industri ini jauh dari praktek monopoli.

Baca Juga: Pemerintah Buka Kran Impor Sapi Tanpa Kuota, Peternak Bilang Begini

Selanjutnya: Instrumen Pendapatan Tetap Dominasi Portofolio Investasi DPLK PertaLife per Mei 2025

Menarik Dibaca: Alasan Asuransi Kesehatan Tambahan Tetap Penting meski Sudah Punya BPJS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×