kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pengusaha tambang tambah investasi, pinjaman sektor tambang naik


Minggu, 05 Mei 2019 / 18:39 WIB
Pengusaha tambang tambah investasi, pinjaman sektor tambang naik


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Sepanjang kuartal pertama 2019 penyaluran kredit perbankan ke sektor pertambangan mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari Ototritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan adanya pertumbuhan kredit sebesar 11,55%.

Sektor pertambangan menjadi satu dari tiga sektor penopang utama dengan pertumbuhan kredit hingga 31,5% yoy. Selanjutnya kredit konstruksi tumbuh 27,1% yoy dan kredit industri pengolahan naik 9,5% yoy. Salah satu perusahaan tambang batubara.

Mengenai hal ini, salah satu perusahaan tambang batubara yakni Indika Enegy Group mengaku selalu menentukan kredit sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Head Of Corporate Communication INDY Leonardus Herwindo menyampaikan secara umum fasilitas kredit yang mereka pilih dalam bentuk kredit modal kerja dan term loan.

“Kalau untuk proyek jangka pendek, biasanya kami memilih kredit modal kerja yang merupakan fasilitas kredit jangka pendek dan biasanya harus dikembalikan dalam waktu maksimal 1 tahun,” katanya pada Kontan Jumat (3/5).

Sementara untuk proyek jangka panjang, sambungnya, emiten berkode saham INDY ini memilih kredit term loan yang merupakan fasilitas kredit guna keperluan investasi jangka panjang.

Ia bilang, meski Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan menjadi 6%, akan tetapi kebijakan tersebut sejauh ini tidak memicu kenaikan suku bunga kredit perbankan, sehingga kredit perbankan masih menarik untuk pendanaan. “Tentunya bagi kami, dari sisi perusahaan hal ini merupakan hal yang positif, meski persyaratan untuk memperoleh kredit menjadi lebih ketat,” paparnya.

Walau demikian ia mengaku hingga kini INDY belum mengajukan kredit. Namun satu hal yang pasti pihaknya terus memastikan adanya komunikasi dan menjalin hubungan baik dengan perbankan, baik dalam maupun luar negeri, untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan.

Selama ini, portofolio pendanaan operasional INDY berasal dari biaya modal yang dimiliki oleh perusahaan atau melalui bantuan permodalan perbankan. Nah untuk tahun ini mereka menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 315 juta. Sumber dana untuk belanja modal ini diperoleh dari pinjaman bank sekitar 75% dan sisanya atau 25% akan diperoleh dari dana internal.

Mereka akan mengalokasikan belanja modal untuk mengembangkan usaha di sektor pertambangan batubara ataupun nonbatubara. Salah satunya mereka akan mengucurkan dana untuk pembangunan tangki penampung minyak alias fuel storage. Pembangunan tangki dengan kapasitas 100 juta liter ini akan memakan investasi sebesar US$ 94,6 juta.

Tepat pada 31 Desember 2018, Indika Energy meneken kesepakatan fasilitas pinjaman sebesar US$ 75 juta dengan PT Bank Mandiri Tbk, MUFG Bank, LTd, ICICI Bank Limited untuk pembangunan tangki penampungan minyak tersebut.

Apabila melihat beban keuangan INDY per kuartal 1 2019, jumlah dari beban bunga atas utang obligasi, amortisasi biaya emisi, bunga atas utang bank dan pinjaman jangka panjang sebesar US$ 25,36 juta naik tipis dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 24,66 juta.

Sementara itu, Direktur PT Bumi Resources Tbk Dileep Srivastava juga belum memiliki rencana untuk mennambah kredit untuk kebutuhan perseroan, ia menyampaikan bahwa saat ini kebutuhan dana diperoleh dari dividen anak usaha sektor batubara. “Bumi juga tidak memiliki rencana adanya kredit tambahan,” ujarnya.

Dalam catatan Kontan, kini prioritas utama BUMI untuk meningkatkan laba dengan melakukan pembayaran kembali utang atau restrukturisasi utang yang diprediksi bisa mencapai US$ 200 juta-US$ 250 juta tahun 2019. Juga meningkatkan produksi batubara dari tahun sebelumnya yang hanya 83 juta ton.

Ia menyampaikan dengan begitu bakal meningkatkan laba signifikan dan mengurangi beban bunga. BUMI berencana melakukan pembayaran kembali utang Tranche A sebesar US$ 600 juta pada Januari 2021. Sehingga BUMI bisa menekan beban bunga sebesar US$ 45 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×