Reporter: Muhammad Julian | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan mobil brand Hyundai melesat di 5 bulan pertama tahun 2022. Mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan ritel mobil brand asal Korea Selatan itu melesat jadi 7.766 unit di sepanjang Januari-Mei 2022 ini.
Jumlah tersebut melonjak 880,6% dibanding realisasi penjualan mobil Hyundai-HMID periode Januari-Mei 2021 yang berjumlah 792 unit.
Seturut volume penjualan yang mendaki, penguasaan pangsa pasar alias market share mobil Hyundai-HMID praktis meningkat signifikan. Tercatat, market share Hyundai-HMID dalam penjualan ritel mobil nasional mencapai 2,0% pada periode Januari-Mei 2022. Sebelumnya, market share Hyundai-HMID hanya mencapai 0,2% pada periode sama tahun 2021 lalu.
Berbeda dengan Hyundai, market share penjualan ritel brand-brand mobil asal Jepang cenderung stabil, meningkat tipis, atau bahkan mengalami penurunan. Market share brand Toyota misalnya, tercatat hanya sebesar 31,1% pada periode Januari-Mei 2022. Sebelumnya market share Toyota mencapai 31,4% pada Januari-Mei 2021.
Baca Juga: Hyundai Merilis Tampilan Visual Hyundai Stargazer Didesain Khusus untuk Indonesia
Penurunan market share juga dijumpai pada brand Honda yang mengalami penurunan dari semula 13,0% pada periode Januari-Mei 2021 menjadi 11,5% pada Januari-Mei 2022, dan juga brand Suzuki yang market share-nya menyusut dari semula 10,4% di Januari-Mei 2021 menjadi 8,9% di Januari-Mei 2022.
Sementara itu, brand asal Jepang lain seperti Mitsubishi Motors mencatatkan kenaikan tipis pada sisi market share, yakni dari semula 12,1% pada Januari-Mei 2021 menjadi 12,6% di Januari-Mei 2022. Hanya Daihatsu brand asal Jepang yang menunjukkan kenaikan market share cukup signifikan, yakni dari semula 17,0% pada Januari-Mei 2021 menjadi 19,3% di Januari-Mei 2022.
Pengamat Otomotif, Bebin Djuana menilai, kenaikan pangsa pasar Hyundai di pasar mobil domestik terjadi lantaran kepercayaan konsumen yang meningkat pasca beroperasinya pabrik Hyundai di Indonesia.
“Kalau ada bandingkan dengan tahun lalu dan tahun ini, di waktu yang sama, Januari ke Januari, tahun lalu pabriknya belum siap, tahun ini berapa tipe yang digelontorkan ke masyarakat dan saya lihat responnya positif. Masyarakat yang sudah jenuh dengan model-model itu-itu saja, nah ini ada model baru, ada fitur-fitur yang terkini disandingkan,” tutur Bebin saat dihubungi Kontan.co.id (23/6).
Berkaca dari pengalaman Hyundai, Bebin tidak menampik bahwa ‘kue’ pangsa pasar brand Jepang bisa saja melebar di waktu-waktu ke depan. Terlebih, menurut perkiraan Bebin, sejumlah brand-brand baru non Jepang asal China maupun negara lainnya berpotensi masuk ke Indonesia. Hal ini lantaran ukuran pasar mobil di Indonesia yang besar dan masih berpotensi untuk bertumbuh.
Baca Juga: Lebih dari 5.000 Pengunjung Kunjungi Hyundai Motorstudio Senayan Park Sejak Dibuka
“Saya punya feeling akan hadir beberapa merk baru nih tahun ini yang perlu kita di GIIAS nanti,” tutur Bebin.
Meski begitu, brand non Jepang, menurut Bebin, juga punya pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan kalau ingin bersaing dengan brand asal Jepang dan memperbesar kuenya di pasar otomotif Indonesia.
Pertama, brand non Jepang harus membuktikan bahwa mereka memiliki kualitas produk yang tidak kalah dengan brand Jepang. Hal ini lantaran kepercayaan konsumen akan kualitas brand asal Jepang telah menjadi faktor di balik kuatnya brand-brand asal Negeri Sakura di pasar Indonesia.
Kedua, brand non Jepang juga bisa melakukan investasi basis produksi di Indonesia untuk menggaet kepercayaan konsumen lokal di Indonesia.
“Kan sudah ada contoh di depan mata, Hyundai. Jadi sebelum pabriknya di sini, orang kan ragu, apa iya, seperti apa sih itu produk, sampai di mana sih teknologinya,” tandas Bebin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News