Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Salah satu produsen keramik di Tanah Air, PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI), masih mampu meraih peningkatan penjualan. Sepanjang semester I-2013, perusahaan itu meraih penjualan Rp 92,2 miliar, naik tipis 2,2% ketimbang periode yang sama tahun lalu.
Sekretaris Perusahaan Intikeramik Alamasri, Vincentius An Eng, menyatakan, kenaikan penjualan ini ditopang oleh kenaikan volume permintaan keramik di pasar. Perusahaan berkode emiten IKAI ini memproduksi keramik untuk segmen pasar menengah atas.
Vincentius menyatakan, kendati ada hambatan pasokan gas, perusahaan masih mampu mengimbangi dengan kenaikan permintaan dari pasar. "Langkah efisiensi mampu meningkatkan produksi kami," katanya, Senin (9/9).
Asal tahu saja, saat ini, pabrik keramik IKAI yang berlokasi di Tangerang, Banten, memiliki kapasitas produksi mencapai 6,6 juta meter persegi (m²) per tahun. Namun, karena berbagai kendala seperti pasokan gas yang minim, volume produksi perusahaan itu tahun lalu hanya mencapai sekitar 2 juta m².
Untuk mengantisipasi kenaikan permintaan, IKAI mulai meng-upgrade mesin produksi, sehingga volume produksi bisa meningkat meski pasokan gas belum meningkat signifikan. Selain itu, perusahaan itu juga memperbanyak varian model keramik yang dihasilkan dengan mendatangkan mesin dari Italia. Untuk mendatangkan mesin ini, perusahaan ini merogoh kocek sekitar Rp 4 miliar. Dengan strategi ini, Vincentius optimistis Intikeramik bisa mencapai target produksi tahun ini yang dipatok sebanyak 3 juta m².
Selain peningkatan volume produksi, kenaikan penjualan Intikeramik tahun ini juga didorong oleh kenaikan harga jual produk. Vincentius bilang, kenaikan harga produk ini dilakukan untuk mengompensasi kenaikan beban produksi perusahaan.
Pada semester I-2013, perusahaan itu telah menaikkan harga rata-rata sekitar 7%. "Penyesuaian harga dilakukan secara bertahap," ujar Vincentius. Nah, sampai akhir tahun ini, rencananya Intikeramik akan menaikkan harga jual produk hingga 10%.
Penjualan ekspor yang lesu membuat porsi penjualan IKAI untuk pasar ekspor selama semester I-2013 hanya Rp 6,3 miliar, turun 30,5% ketimbang periode sama tahun lalu. Namun, penjualan di pasar domestik naik 5,9% menjadi Rp 85,8 miliar. "Kondisi pasar ekspor yang masih terkena dampak krisis membuat kami fokus ke pasar dalam negeri," jelas Vincentius.
Strategi perusahaan untuk menggenjot penjualan di segmen produk yang bermargin lebih tinggi ikut mendorong kinerja keuangan Intikeramik. Sepanjang Januari hingga Juni 2013, laba kotor perusahaan itu naik 67,9% menjadi Rp 15,37 miliar. Perusahaan ini juga mampu menekan rugi bersih, dari rugi Rp 26,9 miliar pada semester I-2012 menjadi rugi sekitar Rp 10,1 miliar.
Tahun ini, Intikeramik berharap bisa meraup pendapatan sekitar Rp 250 miliar-Rp 260 miliar. Angka ini tumbuh 24,3%-29,3% dari tahun lalu yang sebesar Rp 201,2 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News