Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Persaingan pasar sepeda motor merek Suzuki dan Kawasaki makin panas. PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) selaku pemegang merek Suzuki mendapat perlawanan sengit dari kompetitor yakni PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI), pemegang merek Kawasaki.
Pada Februari 2015, Kawasaki mencatatkan penjualan 18.515 unit dengan pangsa pasar 3,24%. Posisi ini menyalip penjualan Suzuki mengantongi penjualan 13.398 unit dengan pangsa pasar 2,34%.
Adapun di Januari 2015, Suzuki ada di depan Kawasaki dengan penjualan 11.579 unit dengan pangsa pasar 2,27%, sementara Kawasaki menjual 11.062 unit dengan pangsa pasar 2,25%.
Michael Chandra Tanadhi, Deputy Head Sales & Promotion Marketing Division KMI bilang, Kawasaki tak punya target menjadi pesaing sepeda motor merek lain di Indonesia. "Visi misi kami lebih pada kepuasan konsumen. Kami tidak ngotot pada penjualan," kata Michael kepada KONTAN, Kamis (19/3).
Akan tetapi Michael bilang, penjualan Kawasaki di Februari didukung beroperasinya pabrik baru. Pabrik baru itu menambah produksi Kawasaki menjadi 11.000 unit per bulan. Sebanyak 6.000 unit diproduksi di pabrik baru Cibitung dan 5.000 unit diproduksi di Pulogadung. Jika penjualan melebihi produksi, maka sisanya berasal dari impor. "Semester II kami tambah produksi sampai kapasitas penuh," kata Michael.
Untuk diketahui, pabrik Kawasaki di Cibitung baru beroperasi 60% dari total kapasitas 12.000 unit per bulan. Selain pabrik baru, penjualan Kawasaki naik karena ada program pemasaran varian Ninja 2 tak. "Program pemasaran ikut dongkrak penjualan,” katanya.
Jika Kawasaki optimistis melihat pasar sepeda motor, kondisi berbeda dialami Suzuki. Yohan Yahya, General Manager Marketing 2-Wheel Suzuki Indomobil Sales bilang, saat ini ada banyak faktor yang menjadi tekanan penjualan sepeda motor. "Perekonomian melambat," katanya.
Selain faktor ekonomi, persaingan pasar juga mempengaruhi bisnis ini. Kondisi ini diperparah pelemahan nilai rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS). "Bisa saja kami bikin program pemasaran, tetapi kami harus memperhatikan kurs dolar AS," kata Yohan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News