Reporter: Merlinda Riska, Adisti Dini Indreswari | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Sempat melejit pada 2010-2011, penjualan lahan industri tahun ini diprediksi tak sekencang tahun lalu. Setelah mendapatkan lahan industri, para investor kini fokus membangun infrastruktur pendukung.
Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Indonesia, Sanny Iskandar menyatakan, ada dua hal yang menyebabkan penjualan lahan industri belakangan ini melambat. "Faktor pertama adalah booming penjualan lahan industri telah terjadi pada 2010-2011," kata dia kepada KONTAN, Rabu (15/5). Volume penjualan lahan industri pada 2011 mencapai 1.247,84 hektare. Sedangkan penjualan lahan industri di 2012 merosot 49% menjadi 636,4 ha.
Menurut Sanny, penjualan lahan industri pada 2010-2011 adalah titik paling tinggi. Kemudian di 2012, grafik penjualan menurun dan akan berlanjut tahun ini. "Permintaan masih tetap ada, hanya tak setinggi tahun-tahun sebelumnya," kata Sanny.
Faktor kedua, investor yang telah membeli lahan industri kini mulai mengembangkan lahan tersebut. Sederhananya, saat ini adalah masa membangun, bukan masa penjualan.
Pengembang yang merasakan penurunan penjualan adalah PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA). Selama kuartal I-2013, SSIA sudah menjual lahan industri 28,8 ha di Kota Industri Suryacipta Karawang. Penjualan ini menyusut 33,79% dibandingkan penjualan pada periode sama tahun lalu seluas 43,5 ha.
Sekretaris Perusahaan Surya Semesta, Utari Sulistiowati, beralasan penjualan menurun karena SSIA tak hanya menjual lahan industri, tapi juga menyewakannya untuk pergudangan. "Kami mencoba melakukan diversifikasi mulai tahun ini," kata dia kepada KONTAN, Kamis (16/5).
Manajemen SSIA tetap optimistis target penjualan lahan industri 2013 seluas 100 ha bisa terwujud. Di 2012, Surya Semesta menjual lahan industri seluas 123 ha.
Per akhir kuartal I-2013, landbank yang tersisa di Suryacipta tinggal 272 ha dari luas lahan keseluruhan 1.400 ha. Surya Semesta berancang-ancang menambah lahan seluas 1.000 ha lagi tahun ini. "Kami menyiapkan kawasan industri baru seluas 2.000 ha di Bekasi," imbuh Utari.
Permintaan lahan industri di Karawang dan sekitarnya memang tinggi. Buktinya, harga lahan sudah tumbuh 22,6% year-on-year menjadi US$ 103,5 per m² per akhir kuartal I-2013. Jadi, meski lahan yang dijual Surya Semesta tahun ini lebih sedikit, nilai penjualannya masih lebih besar.
Sementara, Muljadi Suganda, Sekretaris Perusahaan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk, menilai pola penjualan lahan industri mulai berubah. Ketika booming pada 2010-2011, para investor membeli lahan industri berupa kavling tanah. Volume pembelian tanah bisa 50 ha-100 ha. Kemudian di atas tanah itu, investor mulai membangun pabrik.
Kini, penjualan kavling tanah bergeser ke arah tren penjualan factory building. "Tren saat ini adalah menjual tanah juga bangunan, bukan sekadar tanah kosong," kata Muljadi. Satu factory building hanya membutuhkan lahan seluas 2.000 m². Penjualan lahan industri seolah-olah menurun. Padahal secara margin, nilai penjualan factory building lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News