Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona menghantam perekonomian dalam negeri. Hal itu membuat konsumsi energi, khususnya listrik pun turun di segmen bisnis dan industri. Akibatnya, penjualan listrik PT PLN (Persero) ikut anjlok.
Berdasarkan hitungan Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa, sejak pekan kedua bulan Maret, beban puncak di Sistem Jawa-Bali sudah merosot sekitar 2-3 Gigawatt (GW).
Sebenarnya masih terlalu dini untuk menilai perlambatan penjualan listrik PLN. Sebab, dampak dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terhadap konsumsi listrik baru bisa tergambar pada bulan April atau Mei mendatang.
Baca Juga: Konsumsi listrik anjlok imbas corona, Pengamat UI: PLN berpotensi rugi Rp 6,3 triliun
"Saya kira untuk menilai ada penurunan atau perlambatan, kami harus lihat profil beban dan penjualan di Kuartal kedua," kata Fabby kepada Kontan.co.id, Rabu (15/4).
Namun di tengah kondisi pandemi seperti saat ini, hal tersebut bakal menggoncang kinerja keuangan PLN. Fabby menaksir, jika tren penurunan beban di sistem Jawa-Bali terus berlanjut di kuartal kedua, maka PLN berpotensi kehilangan pendapatan sekitar Rp 3 triliun - Rp 3,3 triliun per triwulan. Sebab, target penjualan listrik ditaksir hanya bisa menyentuh 95%-97% dari rencana.
"Dasar perhitungannya adalah target penjualan listrik PLN di seluruh sistem sesuai RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) dan realisasinya," ungkap Fabby.
Lebih lanjut, target penjualan listrik PLN di tahun ini sebesar 256,7 Terawatt Hour (TWh). Apalagi dengan target tersebut, seharusnya pencapaian di kuartal pertama bisa menyentuh 63-64 Twh.
Namun, realisasi penjualan listrik Kuartal I PLN hanya sekitar 61 TWh. Terlebih, sistem Jawa-Bali memegang peranan signifikan, lantaran sekitar 75% dari total penjualan listrik berada di sana.
Dengan kondisi itu, goncangan juga akan terjadi pada cashflow dan bisa menjadi persoalan serius bagi perusahaan listrik plat merah itu. Apalagi, penerimaan PLN juga akan tersendat dengan adanya program tagihan listrik gratis untuk golongan pelanggan 450 Volt Ampere (VA) dan diskon 50% pelanggan 900 VA subsidi.
Hal itu juga diperparah dengan anjloknya penjualan listrik seiring dengan penurunan aktivitas bisnis dan industri selama masa tanggap darurat Covid-19.
Baca Juga: Ada peluang diskon tarif listrik untuk pelanggan PLN 1.300 VA
"Persoalan PLN dalam tiga bulan mendatang adalah cashflow. Apalagi Menteri Keuangan memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal II mengalami kontraksi atau negatif. Ini artinya penjualan listrik PLN pada pelanggan industri dan bisnis berpotensi menurun atau stagnan," terangnya.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Fabby menilai ada sejumlah cara yang mesti diambil pemerintah dan PLN. Seperti, penjadwalan ulang pembayaran kewajiban jangka pendek, serta menunda pembangunan proyek-proyek yang non-esensial.
"Juga pemerintah perlu mempercepat pembayaran kompensasi dan subsidi listrik kepada PLN," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News