kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penjualan mobil stagnan di 2015


Kamis, 20 November 2014 / 11:04 WIB
Penjualan mobil stagnan di 2015
ILUSTRASI. Penyebab Darah Menggumpal Saat Haid.


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama, Widyanto Purnomo | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kenaikan harga jual harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi diproyeksikan akan menggerus penjualan mobil di Indonesia. Sebab, kenaikan harga BBM membuat konsumen pilih berhemat dan menunda rencana pembelian mobil baru.

Dalam proyeksi Amelia Tjandra, Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor, kenaikan harga BBM bisa menurunkan penjualan mobil sekitar 10%-15%. "Pasar akan syok, sehingga akan ada koreksi penjualan setidaknya sampai empat bulan," kata Amelia, Selasa (19/11).

Menurut Amelia, kenaikan harga BBM membuat konsumen menghitung kembali alokasi keuangannya. Dalam proses ini, konsumen bisa memutuskan berhemat dan mengutamakan pengeluaran untuk kebutuhan primer, ketimbang membeli mobil. 

Setelah empat bulan, Amelia optimistis keuangan konsumen kembali stabil sehingga membuka peluang penjualan mobil kembali normal. 

Pendapat senada disampaikan Rahmat Samulo, Direktur Pemasaran Toyota Astra Motor (TAM) selaku Agen Pemegang Merek (APM) Toyota.  Menurut Rahmat, penjualan mobil akan turun sementara sampai ekonomi kembali pulih. "Setelah itu pasar mobil menemukan titik ekuilibrium baru," kata Rahmat.

Pendapat sedikit berbeda disampaikan Mukiat Sutikno, Presiden Direktur PT Hyundai Mobil Indonesia selaku APM merek Hyundai. Mukiat bilang, tak seluruh segmen penjualan mobil yang turun akibat kenaikan harga BBM. Menurut dia, penjualan mobil yang akan turun adalah penjualan mobil medium ke bawah. 

Adapun penjualan mobil yang tetap normal adalah segmen mobil premium. "Mobil seharga Rp 200 juta ke bawah akan turun 15%-20%, namun bisa membaik lagi dalam tiga bulan," jelas Mukiat.

Harga belum naik

Pelemahan penjualan mobil yang terjadi dalam beberapa bulan ke depan akan menahan laju pertumbuhan penjualan mobil tahun 2015. "Penjualan mobil tahun 2015 akan terganggu. Apalagi, jika pertumbuhan ekonomi belum melaju. Akibatnya pasar otomotif akan stagnan," ujar Amelia. 

Jika penjualan mobil tahun 2015 stagnan, maka penjualan mobil sepanjang 2015 diproyeksi hanya sekitar 1,2 juta unit. Menurut Amelia, dari total pasar mobil tersebut, Daihatsu menargetkan pangsa pasar tetap stabil 15% atau sama dengan target tahun ini. 

Toyota juga memproyeksikan pangsa pasar tahun 2015 sama dengan tahun ini, yakni di kisaran 33%-34% dari pangsa pasar total penjualan mobil yang diprediksi sekitar 1,2 juta unit. Mengacu data Toyota, sampai Oktober 2015, Toyota mencatat penjualan sebanyak 343.164 unit atau 33% dari total penjualan mobil nasional.

Adapun dampak kenaikan harga BBM terhadap harga jual mobil, Amelia menegaskan belum berpengaruh. Sebab, stok mobil yang ada di diler dan di pabrik, adalah stok lama. Begitu juga dengan mobil yang saat ini ada dalam proses perakitan di pabrik.

Amelia juga bilang, dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi tidak langsung mempengaruhi industri mobil. Sebab, industri otomotif selama ini telah menggunakan BBM non subsidi. 
Namun begitu, petinggi Gaikindo pernah menjelaskan, kenaikan harga BBM bersubsidi lambat laun akan merambat ke industri otomotif. Sebab, kenaikan harga BBM bersubsidi akan menambah biaya distribusi dan menaikkan harga bahan baku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×