Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto
SURABAYA. Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi salah satu kerangka perbaikan ekonomi yang diusung Pemerintah Indonesia agar lebih fokus mengembangkan infrastruktur dan menambah kuota ekspor. Industri otomotif yang dianggap mampu memberikan banyak efek terhadap perekonomian didorong bisa lebih cepat berkembang dari target.
Sebelumnya pemerintah mengatakan visi pada otomotif mampu memproduksi 2,6 juta unit kendaraan dengan total penjualan nasional menyentuh 2 juta unit pada 2020. Namun Agus Tjahjana, Dirjen Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian mengatakan, target itu bisa tercapai pada 2018.
"Saya pikir kalau 2020 terlalu lama, 2018 bisa diraih dengan melihat pertumbuhan sekarang ini," kata Agus selepas memberikan presentasi dalam acara Sarasehan Nasional bertema Meningkatkan Kemampuan Rekayasa Anak Bangsa yang diselenggarakan di Institut Teknologi Sepuluh November, Rabu (19/11).
Kebijakan pemerintah menaikan harga BBM hanya sedikit mengendurkan industri keseluruhan, namun perbaikan akan datang seiring pembenahan infrastruktur sebagai pondasi solid. Rekayasa mobil ditentukan dari sarana infrastruktur, bukan sebaliknya.
Menurut Agus implementasi penggunaan rekayasa anak bangsa untuk industri sudah bisa masuk pada 2017. Digambarkan, Indonesia kini tidak lagi masuk dalam tahap "menjahit" tapi sudah bisa mendalami produksi komponen besar.
"Pertama harus dibuktikan, produsen mampu dan Indonesia bisa. Memperkuat vendor dan subkontraktor untuk jangka panjang, meningkatkan peran partner lokal meyakinkan vendor bekerja sama dengan pendidikan," jelas Agus.
Otomotif Indonesia dirasa sudah siap untuk mekar, beralih dari negara pengimpor menjadi lokasi inovasi pengembangan. Nantinya, Indonesia tidak lagi hanya menjadi konsumen tapi juga bisa menghasilkan produk kelas dunia. (Febri Ardani Saragih)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News