Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Tumbuhnya tingkat budidaya perikanan nasional rupanya membawa berkah bagi perusahaan pakan. Salah satunya PT Central Proteina Prima Tbk (CP Prima) yang berhasil meningkatkan penjualan pakan ikan.
Pada semester I-2016 lalu, total volume penjualan pakan perusahaan itu mencapai 230.000 ton. Angka ini naik sekitar 12,5% dari volume penjualan dalam periode yang sama tahun lalu yang sebesar 204.000 ton. Khusus untuk pakan udang, perusahaan telah memproduksi sebanyak 98.000 ton.
Frahma, Manager Corporate Communication PT Central Proteina Prima Tbk menjelaskan, kenaikan produksi dan penjualan pakan ikan karena banyaknya pebudidaya ikan baru dan pembukaan lahan baru. Dengan begitu, kebutuhan pakan otomatis ikut meningkat.
Sekadar informasi, sebagaimana ditulis KONTAN sebelumnya, sebagai langkah ekspansi bisnis, mulai tahun lalu, CP Prima memproduksi pakan ikan dengan harga lebih ekonomis, yakni berada di kisaran Rp 7.000 per kilogram (kg) hingga Rp 8.000 per kg.
Pakan yang diproduksi dengan harga lebih rendah dari jenis pakan premium sudah diproduksi perusahaan itu pada Maret 2015. Pakan jenis baru ini memiliki kadar porotein sekitar 27% hingga 28% atau berada di bawah pakan jenis premium dengan kadar protein 32% hingga 34%.
Kendati begitu, kadar protein pakan jenis baru ini masih berada di atas Standar Nasional Indonesia (SNI) yang kadar proteinnya 25%.
Nah, sepanjang tahun 2016, perusahaan itu menargetkan dapat memproduksi pakan ikan dan udang sebanyak 525.000 ton.
O, iya, seluruh produksi pakan perusahaan didistribusikan untuk pasar domestik, terutama untuk pasar di beberapa kota di Sumatra, Aceh, Pontianak, dan Jawa Tengah. Sampai sekarang, perusahaan itu mengoperasikan dua pabrik yang berada di Lampung dan Cikampek, Jawa Barat.
Dampak El Nino
Meskipun, bisnis pakan perusahaan cemerlang, untuk setengah pertama tahun ini, kinerja ekspor udang CP Prima terbilang anjlok. Tercatat, selama semester I-2016, ekspor udang hanya mencapai 8.638 ton. Penjualan ini turun 16,8% dari ekspor periode yang sama tahun lalu yang sebanyak 10.391 ton. "Penurunan ini dipengaruhi fenomena El Nino, sehingga hasil produksi ikut kurang," katanya pada KONTAN, Kamis (22/9).
Asal tahu saja, produksi udang di kuartal I-2016 merupakan hasil dari tebar benih di akhir tahun 2015. Sedangkan produksi udang di kuartal II-2016 merupakan hasil tebar benih sekitar bulan Februari – Maret 2016.
Bukan kebetulan, di masa tebar benih itu, dampak fenomena El Nino masih dirasakan oleh para petambak. Sebagai akibatnya, kuantitas produksi udang selama periode kuartal I dan kuartal II tahun 2016 belum dapat mencapai nilai yang diharapkan.
Tahun ini, target ekspor udang perusahaan itu sama dengan tahun lalu yang sebesar 18.000 ton. CPRO menyasar pasar negara di Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang.
Kinerja ekspor yang masih seret ini bisa saja membuat kinerja perusahaan tahun ini belum sepenuhnya pulih. Tahun lalu, CP Prima mencatat kerugian kerugian hingga Rp 1,2 triliun. Kerugian ini melonjak tiga kali lipat ketimbang periode yang sama 2014 yang mencapai Rp 389,23 miliar.
Selain lantaran pendapatan turun, tingginya kerugian CPRO juga disebabkan oleh kenaikan beban perusahaan. Kontribusi terbesar pendapatan perusahaan berasal dari penjualan pakan udang yang naik tipis menjadi Rp 5,03 triliun. Tapi, penjualan produk udang turun hingga 15,05% jadi Rp 2,93 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News