kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penjualan produk susu dan olahan tumbuh 7%


Sabtu, 25 Februari 2012 / 10:25 WIB
Penjualan produk susu dan olahan tumbuh 7%
ILUSTRASI. Ini dia Hyundai Bayon yang resmi mengaspal, bakal jadi saudara seri Kona


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Semakin membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat membuat industri pengolahan susu sumringah. Dipastikan angka konsumsi susu dan produk olahannya bakal terus naik.

Enam perusahaan pengolahan susu terkemuka di dalam negeri langsung memasang target penjualan produk susu tahun ini bakal tumbuh 7% atau diperkirakan mencapai Rp 33,1 triliun. Keenam perusahaan pengolahan susu yang tergabung dalam Asosiasi Industri Pengolahan Susu (AIPS) adalah PT Nestle Indonesia, PT Frisian Flag Indonesia, PT Sari Husada, PT Indomilk, PT Ultrajaya, serta PT Indolakto.

Syahlan Siregar, Direktur Eksekutif AIPS, mengatakan, selain kesejahteraan masyarakat yang semakin bagus, angka kelahiran bayi yang terus tumbuh juga menjadi faktor pendorong permintaan produk susu. Malah, "Tanpa promosi pun pertumbuhan penjualan natural susu mencapai sekitar 2,5% per tahun," kata Syahlan, di sela-sela pertemuan industri makanan dan minuman, Jumat (24/2).

Saat ini tingkat konsumsi susu Indonesia secara nasional juga masih rendah, hanya 11 liter per kapita per tahun. Tentu angka ini jauh di bawah Malaysia, Singapura, dan Thailand yang sudah di atas 20 liter per kapita per tahun.

Meski target penjualan susu terus tumbuh, bukan berarti industri pengolahan susu langsung duduk tenang. Justru perusahaan pengolahan susu tetap mewaspadai krisis global yang bisa berimbas ke perkembangan kurs dollar Amerika dan euro. Kalau kedua mata uang ini menguat, maka biaya produksi pengelolaan susu bakal naik.

Pasalnya, sekitar 75% kebutuhan susu untuk pasar lokal merupakan susu impor. Sedangkan bahan baku susu segar dalam negeri seluruhnya juga langsung diserap industri pengolahan susu.

Data AIPS menyebutkan, produksi susu segar nasional tahun 2012 diproyeksi hanya 25% dari total kebutuhan susu yang mencapai 3,5 juta ton. Alhasil impor susu sekitar 2,6 juta ton atau 75% dari kebutuhan nasional.

Selain itu, industri olahan susu juga menghadapi hambatan biaya operasional yang relatif tinggi, lantaran upah minimum pekerja naik lebih tinggi dari angka inflasi. Untuk menaikkan harga jual pun bukan solusi bagus.

Untungnya, produk susu dari keenam perusahaan ini relatif gampang terjual di pasar lantaran sudah punya nama. Misalnya saja, PT Ultrajaya lebih mengandalkan produk susu cair yang di pasaran relatif laku.

Sementara, Nestle Indonesia mengolah susu cair jadi produk susu bubuk. Produk Nestle ini juga menjadi salah satu produk susu terlaris. Adapun Indomilk mengandalkan susu bubuk, susu cair, dan susu kental manis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×