Reporter: Maria Rosita |
JAKARTA. Benar bahwa untuk Indonesia, krisis global belum berdampak negatif tahun ini. Paling tidak itu yang dirasakan kalangan pengembang perumahan. Rata-rata target yang mereka patok pada awal tahun terlampaui.
Tengok saja penjualan PT Summarecon Agung Tbk. Tahun 2011 ini, Summarecon berhasil menjual sekitar 2.500 unit rumah tapak atawa landed house kelas menengah dan menengah atas. Walhasil, omzet yang diperoleh akan mencapai Rp 2,8 triliun hingga Rp 2,9 triliun. Target di awal tahun hanya Rp 2,3 triliun.
Rumah-rumah Summarecon tersebut berada di Serpong, Kelapa Gading, dan Bekasi. Perbandingan kontribusi ketiganya sebesar 40:35:25.
Johanes Mardjuki, Presiden Direktur Summarecon, juga memastikan, penjualan tersebut tidak hanya melewati target, tetapi juga naik dari tahun lalu. Ia enggan mengungkapkan kenaikan tersebut dibanding tahun 2010. Namun ia memastikan, kenaikan omzet tersebut bukan hanya karena jumlah unit yang terjual naik, tetapi juga karena harga yang meningkat.
Gambaran serupa juga terjadi di PT Ciputra Development Tbk. Tulus Santoso, Direktur Keuangan Ciputra menjelaskan, tahun ini, PT Ciputra berhasil menjual sekitar 7.000 hingga 8.000 unit rumah tapak atawa landed house. Omzet yang telah diperoleh juga telah melewati targetnya. Ciputra mematok target Rp 3,9 triliun, dan kini omzet yang diperoleh telah mencapai Rp 4,5 triliun. Menurut Tulus, kenaikan omzet tahun ini dibanding tahun lalu mencapai sekitar 30%.
Maka, tidak aneh kalau Nurul Yaqin, Direktur perusahaan broker Ben Hokk Property menyebut tahun ini sebagai tahun emas. Ben Hokk sendiri tahun ini bisa menjual sekitar 300 unit rumah baik biasa maupun rumah kelas menengah dan menengah atas yang harganya berkisar antara
Rp 1,4 miliar hingga Rp 5 miliar. yang rumah biasa sendiri yaitu tipe 36/40. Total omzet yang diperoleh, menurut Nurul, sekitar Rp 300 miliar. Omzet tersebut naik 5% dari omzet tahun 2010.
Optimisme tahun 2012
Johanes mengatakan, penjualan yang menggembirakan tahun ini karena berbagai faktor. Yang pertama tentu saja karena ekonomi yang tetap tumbuh sehingga daya beli masyarakat meningkat, selain karena suku bunga bank yang sangat menguntungkan properti. "Suku bunga relatif rendah. Daya beli masyarakat ada. Maka, permintaan hunian meningkat dan duit masyarakat lari ke properti," kata Johanes kepada KONTAN, Selasa (27/12).
Tulus menjelaskan, kenaikan tersebut juga terdorong oleh aktivitas pemasaran produk baru. "Kami ada 23 proyek tahun ini," ujarnya.
Tulus melihat pasar properti tahun 2012 akan menggembirakan. Ia yakin, Ciputra akan bisa menjual hingga 10.000 unit di tahun depan.
Untuk mencapai target tersebut, Ciputra akan mengembangkan daerah-daerah baru di Indonesia bagian timur. Menurut survei, kata Tulus, Palu dan Papua merupakan kawasan yang potensial. Dan kalau tahun ini hanya menggarap 23 proyek, tahun depan Ciputra menargetkan 30-40 proyek baru. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News