kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PEP Cepu sumbang laba US$ 700 juta ke holding, Dirut PEP Cepu: Kami bisa hattrick


Kamis, 29 Agustus 2019 / 11:31 WIB
PEP Cepu sumbang laba US$ 700 juta ke holding, Dirut PEP Cepu: Kami bisa hattrick
ILUSTRASI. Pemboran di Jambatan Tiung Biru Blok Cepu


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pertamina EP Cepu (PEPC) optimistis bisa menjadikan Blok Cepu sebagai penghasil gas andalan di Indonesia. Setelah mencapai progres positif dalam proyek Jambaran-Tiung Biru (JTB), PEPC percaya diri untuk segera mengelola cadangan gas di Lapangan Cendana dan Alas Tua.

Direktur Utama PEPC Jamsaton Nababan mengungkapkan, pihaknya akan segera menggarap Lapangan Cendana dalam waktu dekat ini, sembari menyelesaikan proyek JTB yang ditargetkan bisa beroperasi komersial pada tahun 2021.

Baca Juga: Jambaran Tiung Biru butuh US$ 1,5 miliar, PEP Cepu: Lender mau kasih US$ 2,5 miliar

Untuk itu, Jamsaton menargetkan PEPC bisa menyelesaikan rencana pengembangan lapangan (Plant of Development/PoD) lapangan Cendana pada tahun 2020, dan segera bisa memulai konstruksi pada tahun 2021.

Jamsaton menargetkan pengembangan lapangan gas tersebut bisa berjalan secara pararel dan simultan. "Tahun depan (sudah PoD) karena sebetulnya secara study sudah siap. Kita dorong untuk segera cepat subsurface-nya, supaya bisa cepat mulai, kejar-kejaran dengan JTB," kata Jamsaton kepada KONTAN saat ditemui di Kantornya, awal pekan ini.

Jamsaton menyampaikan, gas yang dapat diproduksi di Lapangan Cendana diproyeksikan mencapai 50 million standar cubic feet per day (mmscfd). Adapun, untuk Lapangan Alas Tua diperkirakan bisa menghasilkan gas sebesar 75 mmscfd, dan akan dikembangkan setelah Cendana.

Setelah itu, masih ada enam lapangan lagi yang ingin diolah oleh PEPC. Jamsaton menyebut, setidaknya ada 10 lapangan minyak dan gas (gas) yang berada di Blok Cepu, termasuk Banyu Urip dan JTB.

Baca Juga: Jambaran Tiung Biru, proyek yang awalnya diragukan kini dijawab Pertamina EP Cepu

"Banyu Urip memang minyak, tapi rata-rata gas di sini. Kita nggak akan berhenti di Banyu Urip dan JTB. Kita dorong Cendana, nanti Alas Tua, jadi secara total Blok Cepu penghasil gas terbanyak karena masih banyak lapangan lain yang siap dikomersialkan," terang Jamsaton.

Jamsaton yakin, PEPC memiliki kemampuan untuk bisa mengolah sejumlah lapangan gas tersebut, baik secara operasional maupun finansial. "Saya yakin bisa. Buktinya JTB, itu kan role modelnya," sambung Jamsaton.

Mengenai JTB, Jamsaton menyebut bahwa proyek yang menelan investasi sekitar US$ 1,5 miliar itu ada dalam progres yang positif. Ia mengatakan, hingga Semester I-2019 ini, konstruksi Gas Processing Facilities (GPF) mencapai 25% atau lebih cepat 1% dari target 24%.

Jamsaton memaparkan, proyek JTB memiliki empat pekerjaan utama. Yaitu pengadaan lahan, Early Civil Work, drilling, dan EPC-GPF. Dari semua proses tersebut, Jamsaton menuturkan bahwa progres proyek JTB secara total sudah mencapai 35%. "Jadi semuanya on the track, on stream 2021," katanya.

Seperti diketahui, JTB memiliki cadangan gas sebesar 2,5 triliun kaki kubik (TCF). Kapasitas produksi kotor JTB mencapai 330 mmscfd, yang nantinya menghasilkan gas jual sebesar 192 mmscfd.

Baca Juga: Produksi Minyak Indonesia Menipis, Pertamina Bakal Akuisisi Perusahaan Asing

Gas yang dihasilkan akan dialirkan melalui pipa transmisi Gresik-Semarang, yang dikelola PT Pertamina Gas (Pertagas), anak perusahaan Pertamina lainnya.

Gas itu digunakan untuk memenuhi permintaan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu, gas dari JTB juga akan dipasok ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Tambak Lorok di Jawa Tengah dan PLTGU Jawa-3 di Jawa Timur, yang ditargetkan akan membangkitkan listrik sebesar 779 MW.

Selain itu, Jamsaton mengungkapkan bahwa sulfur dan kondensat dapat diserap oleh industri, seperti pupuk dan petrokimia. Sehingga PEPC mendapatkan nilai tambah keekonomian dari produk samping tersebut.

Melalui hal tersebut, Jamsaton percaya diri PEPC bisa mempertahankan kinerja untuk memberi kontribusi yang signifikan bagi induk perusahaan, PT Pertamina (Persero). Pasalnya, dalam dua tahun terakhir ini PEPC selalu menjadi anak usaha Pertamina dengan penyumbang laba terbesar.

Jamsaton bilang, PEPC berkontribusi sekitar 30% dari laba Pertamina secara holding. Ia menerangkan, PEPC mendapatkan laba bersih pada tahun 2018 sebesar US$ 843 juta atau meningkat sekitar 27% dibandingkan laba bersih pada 2017 yang berada di angka US$ 662,2 juta.

Dengan kondisi harga minyak yang saat ini tengah melemah, Jamsaton memproyeksikan hingga tutup tahun nanti PEPC bisa memperoleh laba di angka US$ 700 juta. "Secara korporat (Pertamina) kontribusi kita 30% , tahun ini kita sepertinya akan hattrick, 3 tahun berturut penyumbang tertinggi, apalagi nanti setelah ada JTB," tandas Jamsaton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×